Blackberry Bangkit di Tengah 'Banjir' Serangan Siber, Kok Bisa?

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 1 Juli 2024 | 00:01 WIB
Logo Blackberry terlihat di menara perkantoran di Irvine, California, AS, /REUTERS - Mike Blake
Logo Blackberry terlihat di menara perkantoran di Irvine, California, AS, /REUTERS - Mike Blake
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Blackberry, perusahaan teknologi asal Kanada, kembali mencuat namanya dengan kinerja apik yang dibukukan perusahaan, bahkan melampaui proyeksi. Blackberry menemukan sumber pendapatan baru.

Perusahaan yang dahulu berjaya dengan smartphonenya kini beralih dengan menjajakan produk baru berupa perangkat lunak untuk keamanan siber, yang menjadi penopang pendapatan pada kuartal I/2024.

Serangan siber yang makin marak dilakukan oleh peretas ternyata menjadi berkah bagi Blackberry.

Aksi peretasan tingkat tinggi memaksa perusahaan dan lembaga pemerintah untuk meningkatkan belanja keamanan siber mereka untuk melindungi data dari peretas dan malware, sehingga meningkatkan permintaan terhadap perusahaan keamanan siber seperti BlackBerry.

“Pendapatan kuartalan perusahaan yang berbasis di Waterloo ini mencapai US$144 juta, mengalahkan perkiraan rata-rata analis sebesar US$134,1 juta menurut data LSEG,” dilansir dari Reuters, Minggu (30/6/2024).

Saham Blackberry yang terdaftar di AS, naik 7,2% setelah penutupan perdagangan. Blackberry seperti menemukan sumber pendapatan barunya.

Sementara itu, Dikutip dari infosecurity Magazine, serangan mempunyai dampak nyata yang signifikan, seperti organisasi korban yang kehilangan layanan dan kerugian keuangan yang sangat besar. Sementara itu, jutaan orang mengalami pencurian data yang sangat sensitif, sehingga menempatkan mereka pada risiko serangan lanjutan.

Pada bulan Januari 2023 Royal Mail, layanan pos Inggris, mendapat serangan siber yang menyebabkan kerugian pendapatan yang besar £10 juta agar LockBit untuk mengembalikan data yang dicuri. 

Royal Mail menolak permintaan £65,7 juta ($79,85 juta) yang mengakibatkan penghentian sementara pengiriman internasional. Data juga dicuri oleh penyerang. Royal Mail terkena serangan ransomware

Sementara itu, Raksasa telekomunikasi internasional T-Mobile mengakui bahwa 37 juta data pribadi pelanggan dan akun lainnya disusupi oleh penjahat melalui serangan API publik mulai 25 November 2022 lalu. 

Insiden ini baru diketahui pada 5 Januari 2023. Dalam insiden terpisah, T-Mobile USA memberitahu pelanggan tentang informasi pribadi dan akun mereka diakses. 

Ada juga Kota Oakland menyatakan keadaan darurat setelah serangan Ransomware sebagai akibat dari serangan ransomware. Insiden tersebut menyebabkan banyak layanan non-darurat ditutup, sementara gedung-gedung pemerintah terpaksa ditutup sementara.

Belakangan dilaporkan bahwa peretas mencuri data sensitif selama puluhan tahun dari server kota dalam serangan tersebut, termasuk informasi tentang karyawan di posisi sensitif seperti polisi.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper