Bos XL Axiata (EXCL) Sebut Penetrasi Smartphone 5G di RI Baru 10%

Rika Anggraeni
Minggu, 28 April 2024 | 17:37 WIB
Teknologi 5G/Ilustrasi
Teknologi 5G/Ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menilai penetrasi smartphone atau handset 5G yang masih rendah menjadi pertimbangan perusahaan dalam membangun base transceiver station (BTS) 5G secara masif. Selain itu, spektrum yang terbatas juga jadi masalah.

Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan bahwa ketersediaan 5G XL Axiata saat ini baru menjangkau wilayah tertentu. Perusahaan menyesuaikan antara pembangunan 5G dengan ketersediaan spektrum yang ada.

XL Axiata mengoperasikan 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G.

Dengan jumlah spektrum tersebut, pada 2023, perusahaan melayani lebih dari 55 juta pelanggan. Mayoritas pengguna 4G.

“Karena spektrum yang dipakai spektrum 4G. Jadi memang 5G rasa 4G,” kata Dian saat ditemui di XL Axiata Tower, Jakarta, dikutip pada Minggu (28/4/2024).

Menurut Dian, perluasan cakupan 5G di Indonesia setidaknya dipengaruhi dua hal, yaitu ketersediaan spektrum dan adopsi dari masyarakat. Terlebih, Dian menyebut bahwa saat ini penetrasi handset juga masih rendah atau sekitar 10%.

“Nanti kalau pun kita sudah bikin 5G yang pakai sedikit kan juga rugi,” ujarnya.

Pada pemberitaan Bisnis September 2023, IDC melaporkan pengiriman smartphone 5G turun sebesar 4,3 persen secara tahunan. Ini merupakan kali pertama pengiriman ponsel 5G turun sejak kemunculannya pada 2020. 

Associate Market Analyst di IDC Indonesia Vanessa Aurelia mengatakan adopsi ponsel 5G berjalan lambat karena adanya tantangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan. 

Pangsa smartphone 5G masih sangat kecil dibandingkan smartphone 4G, disebabkan oleh harga 4G lebih terjangkau dan sering kali memiliki spesifikasi yang jauh lebih baik dengan harga yang serupa.

Chief Corporate Affairs XL Axiata Marwan O. Baasir menuturkan bahwa use case, ekosistem seperti handset, hingga adopsi masyarakat menjadi tantangan dalam meningkatkan jaringan 5G. Untuk itu, Marwan menilai jaringan 5G sangat tergantung dari ketersediaan spektrum.

“Jadi sekarang kita benar-benar nunggu spektrumnya, setelah itu handset. Handset juga mesti dilihat, apakah harga price handset-nya bisa ditekan? Kalau dulu waktu 4G, dia ambil menengah ke atas, kan? Kalau kita sekarang berharap tentunya yang lebih medium ke bawah, sehingga adopsinya lebih cepat,” tandasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper