Masa Depan 5G RI Tergantung Lelang Frekuensi 700 MHz

Rika Anggraeni
Kamis, 25 April 2024 | 18:30 WIB
Tanda 5G dipasang di belakang jejaring kabel telekomunikasi di MWC Barcelona di Barcelona, Spanyol, Senin (25/2/2019)./Bloomberg-Angel Garcia
Tanda 5G dipasang di belakang jejaring kabel telekomunikasi di MWC Barcelona di Barcelona, Spanyol, Senin (25/2/2019)./Bloomberg-Angel Garcia
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai lelang spektrum 700 MHz akan mengubah peta persaingan 5G di Tanah Air. Rencananya, lelang spektrum frekuensi 700 MHz yang akan digelar paling lambat Juni 2024.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyebut cakupan jaringan 5G belum berjalan optimal meski Indonesia telah mengadopsi jaringan ini, sebab kebutuhan spektrum yang belum terpenuhi.

Pasalnya, Heru mengungkapkan bahwa jaringan 5G membutuhkan setidaknya minimal 100 MHz agar berjalan optimal.

Nah, alokasi spektrum baru kan saat ini belum ada karena masib refarming spektrum frekuensi lama dan besarannya juga tidak sampai 100 MHz. Jadi kecepatan dan daerah yang ada 5G-nya terbatas,” kata Heru kepada Bisnis, Kamis (25/4/2024).

Untuk diketahui, jumlan pemenang lelang akan berdampak pada alokasi spektrum yang didapat operator di pita 700 MHz.

Sebagai gambaran, jika nantinya pemenang pita frekuensi 700 MHz adalah 1 operator seluler, maka operator memiliki peluang untuk mengembangkan 5G yang lebih matang dengan 2x45 MHz untuk FDD atau 90 MHz untuk TDD. Tetapi, beban biaya yang ditanggung juga besar, seiring dengan besarnya pita yang mereka dapat. 

Sementara itu, jika nantinya keluar tiga pemenang, maka kemungkinan masing-masing pemenang akan mendapat 2x15 MHz. Kurang ideal untuk 5G, tetapi ongkos yang ditanggung operator lebih terjangkau terlebih di tengah rasio pendapatan dan BHP telekomunikasi yang sudah tinggi menyentuh 12,2 persen. 

Heru mengatakan masa depan 5G akan bertumpu pada lelang spektrum frekuensi yang dilakukan tahun ini. “Masa depan 5G akan tergantung bagaimana lelang spektrum 5G di 700 MHz. Kalau [lelang] berjalan dan banyak operator berminat, maka potensi 5G akan berkembang makin besar,” ungkapnya.

Heru menambahkan pemanfaatan jaringan 5G juga perlu didorong untuk berkembang. Begitu pun dengan harga smartphone (ponsel pintar) yang mendukung jaringan 5G bisa lebih terjangkau.

Di sisi lain, Heru menilai jaringan 4G di Indonesia untuk beberapa wilayah masih cukup, tetapi untuk banyak wilayah sudah tidak cukup. “Sehingga harus di-upgrade ke 5G. Sebab sekarang pengguna internet kita terus bertambah, aplikasi di ponsel menjadi hal yang sering kita gunakan dan bahkan sekarang live streaming,” tuturnya.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) Zulfadly Syam menuturkan bahwa jaringan 5G akan mencakup isu spektrum frekuensi, perangkat, kebutuhan akan konten dan daya beli masyarakat.

Berdasarkan hasil survei APJII (2024) yang dirilis pada 31 Januari 2024, Zulfadly menyampaikan sebanyak 39,81% menyatakan fitur 5G tidak menjadi pertimbangan saat membeli handphone karena belum tersedianya jaringan 5G di lokasi responden.

Sementara itu, sebanyak 22,64% menyebut fitur 5G menjadi pertimbangan saat membeli handphone sebagai antisipasi perkembangan di masa depan. Serta, hanya 8,6% responden menyatakan jaringan 5G sudah tersedia di lokasi.

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper