Bisnis.com, JAKARTA — PT XL Axiata Tbk. (EXCL) berharap kehadiran satelit Starlink di Indonesia bisa menekan biaya sewa telekomunikasi yang jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya.
Direktur XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan bahwa sejak awal, emiten bersandi saham EXCL itu menyambut baik satelit LEO milik Elon Musk itu. Apalagi, kata dia, jika teknologi tersebut membantu menjangkau wilayah yang sulit dijangkau.
“Dengan adanya Starlink, itu bisa menekan biaya sewa capacity jauh lebih murah. Harapan kami, sebagai pelaku telekomunikasi, Starlink bisa menjadi solusi untuk kita menggantikan biaya-biaya satelit kemarin yang mahal,” kata Gede dalam acara Halalbihalal XL Axiata di Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Sebelum munculnya Starlink, Gede menyampaikan bahwa perusahaan telah memanfaatkan satelit sebagai sarana backbone yang sebagian besar menggunakan satelit GEO.
Untuk diketahui, saat ini satelit terbagi menjadi tiga jenis yaitu Geostasioner Earth Orbit (GEO), Medium Earth Orbit (MEO), dan Low Earth Orbit (LEO).
Dilansir dari laman Telkomsat, satelit LEO berada di orbit ketinggian 500 hingga 1.200 km dari permukaan bumi. LEO memiliki populasi yang padat dengan ribuan satelit yang beroperasi saat ini.
Satelit Starlink masuk ke dalam High Throughput Satellite (HTS) yang bertujuan untuk menyediakan koneksi broadband internet untuk segmen enterprise, SME, maupun pemerintahan.
Karena relatif dekat dengan permukaan Bumi, salah satu kelebihan satelit di orbit LEO adalah memiliki waktu transmisi data rendah. Namun, di sisi lain satelit LEO memiliki periode mengelilingi Bumi lebih cepat daripada rotasi Bumi,sehingga dibutuhkan lebih dari 1 satelit untuk dapat melayani 1 lokasi di bumi secara kontinu.
Kemudian, satelit MEO berada di ketinggian 5.000 hingga 20.000 km. MEO dikenal sebagai orbit untuk satelit GPS dan navigasi lainnya. Baru-baru ini, konstelasi HTS MEO telah diterapkan untuk menghadirkan konektivitas data berlatensi rendah dan bandwidth tinggi ke penyedia layanan, lembaga pemerintah, dan perusahaan komersial.
Terakhir, satelit Geostasioner Earth Orbit (GEO). Satelit ini lebih dahulu hadir di Indonesia. Satelit ini beroperasi dengan ketinggian mencapai 36.000 km, dengan keunggulan utama yaitu kemampuannya untuk tetap berada di atas satu titik di permukaan bumi.
Di samping itu, XL Axiata juga telah menjalin kerja sama dengan Starlink khusus untuk menjangkau infrastruktur base transceiver station (BTS) perusahaan di pedalaman.
Di sisi lain, Gede mengungkapkan bahwa hal yang menjadi perhatian perusahaan adalah ambisi Starlink yang ingin memasarkan internet secara langsung ke pelanggan alias business-to-consumer (B2C), baik dalam home maupun sebagai handset.
Adapun jika satelit milik Elon Musk itu ingin menyasar langsung ke pelanggan, Gede menyatakan pihaknya menyambut baik dan ingin menjalin kerja sama lebih lanjut dengan Starlink. Kendati begitu, XL Axiata memandang bahwa pasar yang dibidik Starlink berbeda.
“Mereka punya pasar yang benar-benar unik yang memang saat ini kita tidak bisa jangkau dengan baik,” ungkapnya.
Namun, Gede menuturkan bahwa Starlink juga harus mengikuti regulasi yang ditetapkan pemerintah agar memiliki kesempatan yang sama unutk bersaing dengan pemain eksisting.
“Yang jelas, pemerintah harus memberi play zone yang sama, yang equal,” tandasnya.