Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah pengguna internet fixed wireless access (FWA) 5G global diperkirakan naik 3 kali lipat menjadi 330 juta orang pada 2029, dengan potensi pendapatan tahunan perusahaan penyedia layanan US$75 miliar.
Laporan ConsumerLab Ericsson terbaru menyebutkan besarnya potensi FWA digandrungi sebagian besar pengguna internet didukung oleh beberapa faktor seperti fleksibilitas, penyesuaian, dan kemudahan instalasi dibandingkan dengan fiber optik.
Studi yang mencakup 19 negara, 370 juta rumah tangga, dan mewakili 1,2 miliar penduduk global itu menunjukkan adanya kepuasan lebih dari rumah tangga pengguna FWA 5G dibandingkan dengan pelanggan fiber optik dalam hal pengalaman layanan.
Pengalaman layanan yang dimaksud mulai dari waktu pengiriman, ketentuan kontrak, kualitas peralatan, sampai dengan level biaya.
Saat ini, kata Head of Fixed Wireless Access, Ericsson Networks John Yazlle, 7 dari 10 rumah tangga di dunia pengguna FWA 5G memilih teknologi ini sebagai pengganti tetap untuk konektivitas yang digunakan sebelumnya.
“Saat ini, FWA merupakan kasus penggunaan 5G terbesar setelah mobile broadband dengan koneksi di seluruh dunia diperkirakan akan tumbuh hampir 3 kali lipat menjadi 330 juta pada akhir 2029,” kata Yazlle dalam keterangan resmi, Selasa (2/4/2024).
Sementara di Indonesia, studi Ericsson melaporkan 1 dari 2 rumah tangga bersedia menaikkan biaya bulanan hingga lebih dari 10% demi mendapatkan layanan FWA 5G.
Terdapat 6 segmen rumah tangga yang dicatat. Antara lain, segmen pemburu harga, pencari paket bundling, peminat kapasitas tinggi, peminat konektivitas tinggi, pencari kemudahan, serta pengguna aktif seluler.
Adapun, fleksibilitas dan investasi awal yang terjangkau dinilai cocok untuk mengatasi masalah aksesibilitas serta memperluas cakupan ke daerah yang kurang terlayani untuk adopsi yang luas di pasar Indonesia.
Tahun lalu, Ericsson, Telkomsel, dan Qualcomm menggelar uji coba FWA 5G menggunakan spektrum frekuensi baru 3,5 GHz dan 26 GHz yang telah mendapatkan izin uji coba dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kemenkominfo).
Kerja sama itu bertujuan menghadirkan 5G yang lebih optimal dengan latensi rendah baik di wilayah pedesaan terpencil hingga area perkotaan padat penduduk.
Kendati demikian, dalam hal kinerja jaringan seperti kecepatan, jangkauan dalam ruangan, keamanan, serta kapasitas, tingkat kepuasan pengguna FWA 5G setara dengan pengguna fiber optik.