Begini Nasib Satelit di Luar Angkasa Ketika Mati

Crysania Suhartanto
Minggu, 17 Maret 2024 | 14:55 WIB
Begini Nasib Satelit di Luar Angkasa Ketika Mereka Mati
Begini Nasib Satelit di Luar Angkasa Ketika Mereka Mati
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam satu tahun terakhir, Indonesia meluncurkan dua satelit di orbit geostasioner (GEO) yakni Satria-1 dari pemerintah dan Merah Putih-2 dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Jadi, sudah ada 19 satelit yang diluncurkan Indonesia.

Namun, tidak semua satelit ini masih berfungsi, karena masa pakai satelit hanya 15 tahun. Alhasil, hanya tinggal 9 satelit GEO milik Indonesia yang masih beroperasi, sementara 10 satelit lainnya sudah mati.

Akan tetapi, apa yang akan terjadi jika sebuah satelit sudah mati?

Dikutip dari laman resmi Nasa, satelit ini harus disingkirkan karena bisa memicu adanya tabrakan dengan satelit lainnya yang masih berfungsi.

“Awal eksplorasi ruang angkasa, kami tidak terlalu khawatir tentang nasib benda-benda yang diluncurkan ke orbit. Namun kini sudah ada banyak sampah sehingga kita khawatir satu tabrakan kecil dapat memicu reaksi berantai yang besar. Kemungkinan ini disebut “Efek Kessler,” tulis laman resmi NASA.

Adapun, cara menyingkirkan satelit akan tergantung seberapa tinggi satelit beroperasi. Satelit yang rendah biasanya akan menggunakan bahan bakar terakhirnya untuk memperlambat gerakan, sehingga akan keluar dari orbit dan terbakar di atmosfer. 

Adapun bekas-bekas bakaran ini akan jatuh ke daerah-daerah terpencil di bumi. Bahkan ada satu tempat di Samudra Pasifik yang memiliki julukan pemakaman pesawat luar angkasa. 

Sementara satelit yang berada di orbit sangat tinggi cenderung akan bergerak lebih jauh dari Bumi dan akan diledakan di luar angkasa. Nantinya, puing satelit ini akan bergerak ke orbit kuburan yang berada di 22.400 mil dari permukaan bumi.

Masalahnya mengutip dari Space, cara menyingkirkan satelit dengan cara membakarnya justru menimbulkan banyak kekhawatiran para ilmuwan. Pembakaran satelit justru menimbulkan debu konduktif yang dapat mempengaruhi medan magnet pelindung bumi. 

“Superkonduktor digunakan untuk memblokir, mendistorsi, atau melindungi medan magnet. Kekhawatiran saya adalah bahwa di masa depan, debu konduktif ini dapat menimbulkan gangguan pada magnetosfer,” ujar fisikawan Amerika Solter-Hunt.

Alhasil, nantinya akan ada lebih banyak radiasi kosmik berbahaya yang sampai ke permukaan bumi. Parahnya, jika hal tersebut sudah terjadi angin matahari akan mulai mengikis atmosfer bumi, seperti yang terjadi pada atmosfer Mars miliaran tahun yang lalu. 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper