Bisnis.com, JAKARTA – Bangkai roket SpaceX milik Elon Musk memunculkan pusaran cahaya putih di Kutub Utara. Cahaya tersebut disebut lebih terang daripada aurora.
Dikutip dari Live Science, SpaceX baru meluncurkan roket Falcon 9 dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California. Roket tersebut membawa 53 satelit low earth orbit (LEO) milik beberapa perusahaan ruang angkasa yang berbeda.
Setelah satelit berhasil sampai ke tujuan, roket yang sudah terbelah dua akan mengalami de-orbit dan akan terbakar di atmosfer.
Adapun pada proses ini, roket berputar membuang sisa bahan bakarnya ke luar angkasa, yang kemudian membeku menjadi kristal kecil dan menyebar dalam bentuk spiral. Sisa bahan bakar inipun juga memantulkan sinar matahari ke bumi.
Para astronom pun menyebut fenomena langka ini sebagai SpaceX Spiral dan memperkirakan fenomena ini akan lebih sering terjadi di masa depan, seiring jumlah pengguna dan satelit yang diluncurkan SpaceX makin banyak.
Dikutip dari Technavio, pasar satelit LEO diprediksi akan mengalami peningkatan hingga 15,92% menjadi US$7,13 miliar atau Rp111 triliun pada periode 2022-2027.
Sebagai informasi, sebelumnya juga sudah pernah ada fenomena seperti ini. Pada April 2022, Januari 2023, dan April 2023, ada spiral SpaceX berwarna biru yang berada di Alaska dan Hawaii.
Kendati demikian, sebenarnya fenomena ini merupakan sebuah kejadian yang harus diwaspadai. Pada November 2023, sisa roket SpaceX dipastikan mengakibatkan lubang di bagian atmosfer yang berlokasi di antara 80 hingga 644 kilometer di atas permukaan bumi.
Hal ini pula yang bisa menjadi salah satu faktor adanya cahaya terang layaknya aurora di langit.
“Lubang ionosfer ini dapat merangsang molekul gas di bagian atmosfer ini dan memicu garis-garis merah terang seperti cahaya aurora,” ujar seorang peneliti dari Observatorium McDonald, dikutip dari Live Science.
Para peneliti tersebut mengatakan sebenarnya masih belum ada kajian yang membuktikan dampak negatif adanya lubang di ionosfer secara langsung bagi manusia. Namun, disebutkan lubang ini dapat mengganggu komunikasi radio gelombang pendek dan sinyal GPS.
Adapun kajian terkait dampak ini masih dilakukan.
Sebagai informasi, spiral cahaya ini tidak muncul pada setiap peluncurkan, karena kecepatan roket yang berbeda, waktu peluncuran, hingga lokasi roket membuang sisa bahan bakar. Hal inipun menjadikan fenomena ini sangat sulit untuk diprediksi kemunculannya.