Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengaku akan bertemu direksi TikTok minggu depan untuk membicarakan isu keamanan nasional di media sosial. Kasus serupa juga tengah dibahas di Amerika Serikat (AS).
“(TikTok) mau ketemu saya, minggu depan. Saya akan bicarakan itu,” ujar Budi saat dijumpai wartawan di Kantor Kemenkominfo, Kamis (14/3/2024).
Budi mengatakan pertemuan tersebut akan membicarakan tentang keamanan data nasional, karena banyaknya pihak yang mencurigai data pribadi para pengguna TikTok diberikan pada pemerintah China.
Diketahui, menurut The Guardian, ada tuduhan bahwa TikTok dapat mengumpulkan data sensitif pengguna dan menyensor konten yang bertentangan dengan pemerintah China.
Menurut Budi, pihaknya akan mendengarkan terlebih dahulu penjelasan dari TikTok sebelum menuduh platform tersebut terkait isu keamanan data.
“Kita lihat lah soal data, banyak yang mencurigai seperti itu, tetapi kita harus dengarkan (TikTok) dulu,” ujar Budi.
Diketahui, karena tuduhan tersebut, parlemen Amerika pada Rabu (13/3/2024) mengesahkan rancangan regulasi yang mengharuskan pemilik TikTok Bytedance untuk menjual platform media sosial milik mereka, atau harus menghadapi larangan total di Amerika Serikat.
Dikutip dari The Guardian, hal ini terjadi karena 352 anggota Kongres yang telah mendukung RUU, dan hanya 65 yang menolak. Kini, undang-undang tersebut diserahkan ke senat dan memiliki potensi besar akan disahkan.
Namun, memang belum tahu kapan regulasi ini benar-benar akan disahkan.
Memang, sebenarnya TikTok sudah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak dan tidak akan membagikan data pengguna Amerika Serikat kepada pemerintah China.
Namun, ternyata baru-baru ini ada investigasi berita yang menunjukkan karyawan Bytedance, induk TikTok yang berbasis di China telah mengakses data non publik terkait pengguna TikTok di Amerika.
Kendati demikian, TikTok tetap berdalih bahwa data pengguna TikTok yang berada di Amerika tidak disimpan di China, melainkan di Singapura dan Amerika Serikat yang disalurkan melalui infrastruktur cloud dari Oracle. Adapun untuk data pengguna di Eropa, sejak adanya regulasi GDPR, data tersebut disimpan di Irlandia.
Namun, langkah-langkah ini belum cukup bagi parlemen Amerika. Pada Maret 2023, CEO TikTok Shou Zi Chew dipanggil ke Kongres dan diwawancarai selama lebih dari lima jam.
Sementara di sisi lain, untuk di Indonesia sendiri, TikTok masih belum memiliki data center di Indonesia. Berdasarkan informasi dari Data Center Provider Organization (IDPRO), TikTok menaruh data-data pengguna dari Indonesia di Johor Baru, Malaysia.
Padahal berdasarkan data dari Data Indonesia, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna TikTok terbanyak kedua di dunia, dengan angka 99,79 juta pengguna.
Indonesia berada tepat di bawah Amerika Serikat yang memiliki pengguna sebanyak 112,05 juta jiwa.