Menanti Siasat Anies, Prabowo, dan Ganjar, Urai Badai PHK Massal di Startup

Crysania Suhartanto
Sabtu, 3 Februari 2024 | 11:22 WIB
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights
Ilustrasi perusahaan rintisan (startup) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)/Dice Insights
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan rintisan (startup) dalam 2 tahun terakhi. Menjadi salah satu isu yang perlu menjadi perhatian menjelang debat calon presiden (capres) terakhir pada Minggu (4/2/2024).

Diketahui, dalam dua tahun terakhir, pendanaan kepada perusahaan di Indonesia terus alami penurunan. Hal ini tak terlepas dari kondisi ekonomi dan geopolitik saat ini yang membuat mereka takut untuk berinvestasi.

Menurut laporan dari modal ventura Mandiri Capital Indonesia, pada semester II/2022, angka investasi mencapai US$1.146 juta atau Rp18,1 triliun (asumsi kurs Rp15.830/US$). 

Kemudian menurun menjadi hanya US$439 juta atau Rp6,9 triliun pada semester I/2023 dan kembali menurun pada semester II/2023 menjadi US$259 juta atau Rp4,1 triliun.

Namun, keragu-raguan investor inipun berdampak pada puluhan startup dan perusahaan berbasis teknologi Indonesia ataupun berbadan usaha Indonesia yang bergantian melakukan efisiensi ataupun gulung tikar. 

Berikut beberapa perusahaan teknologi Indonesia yang telah gugur ataupun melakukan efisiensi dalam dua tahun terakhir. 

1. Pegipegi (OTA)

Pegipegi merupakan situs penyedia layanan pemesanan dan pembelian tiket (online travel agent/OTA), mengumumkan telah resmi pamit dari Indonesia pada 11 Desember 2023.

Melansir dari pegipegi.com, pihak perusahaan mengungkapkan kesedihannya karena harus tutup setelah hampir 12 tahun menjadi teman perjalanan masyarakat Indonesia.

"Hampir genap 12 tahun menjadi solusi travel kamu merupakan pengalaman yang tak tergantikan bagi Pegipegi. Namun dengan berat hati, Pegipegi harus pamit," tulis Pegipegi.

2. Rumah.com (Properti)

Platform jual beli properti, Rumah.com resmi ditutup layanan per 1 Desember 2023. Keputusan ini diambil oleh perusahaan induknya, PropertyGuru Group, agar semuanya tetap berjalan. Hal inpun berdampak pada 61 karyawannya.

CEO dan Managing Director Property Guru Group, Hari V. Krishnan mengatakan keputusan tersebut tidak mudah. Namun, pihaknya sepakat untuk fokus pada bisnis yang menunjukkan potensi untuk mencapai pertumbuhan yang kuat.

"Bisnis marketplace kami di Indonesia yang beroperasi sebagai Rumah.com, akan berhenti beroperasi pada tanggal 30 November 2023," kata Hari.

3. Ula (Solusi B2B)

Perusahaan rintisan atau StartUp B2B dagang asal Indonesia, Ula, telah resmi menutup operasionalnya setelah beberapa kali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya.

Padahal, beberapa tahun lalu Ula sempat menjadi buah bibir lantaran berhasil menggaet investor kelas kakap, seperti jeff bezos. Ula meraup pendanaan Seri B senilai US$80 juta pada 2021 dari sekelompok investor, salah satunya Bezos Expeditions.

Namun, startup tersebut mulai mengalami kemunduran seiring dengan keputusan efisiensi karyawan. Pada 2022, Ula terpaksa melakukan PHK Massal terhadap 134 karyawannya.

4. Gojek Tokopedia/GOTO 

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) sudah dua kali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal terhadap karyawannya, pada November 2022 dan Maret 2023. 

Pada 18 November 2022, GOTO melakukan PHK pada 12 persen dari total 9.630 karyawan atau setara dengan 1.300 karyawan. Kemudian yang kedua, PHK berdampak pada 600 karyawan dirumahkan sebagai langkah efisiensi perusahaan.

Logo GoTO di Smartphone
Logo GoTO di Smartphone

Bukalapak dan Xendit

7. Bukalapak 

Emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 5 persen karyawannya di berbagai divisi pada periode Agustus 2023.

"[Jumlah karyawan yang dilakukan PHK] kurang dari 5 persen di periode pelaksanaan ini," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Teddy Nuryanto Oetomo, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/8/2023).

Teddy menjelaskan PHK dilakukan setelah perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik, serta untuk mengoptimalisasi operasional.

8. Zenius

Startup edukasi-teknologi (edutech) Zenius mengumumkan tutup sementara usai 20 tahun beroperasi di Indonesia. 

“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” tulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023).

Manajemen Zenius menyatakan bahwa keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional.

Padahal sebagaimana diketahui, pada 2009, startup edutech ini sempat mendapat pendanaan dari Northstar Group, modal ventura yang dinahkodai Patrick Walujo sebesar US$20 juta.

Logo Zenius
Logo Zenius

9. Lazada

Perusahaan e-commerce Lazada disebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan di kantor induknya pada 3 Januari 2024. Disebut akibat agresivitas TikTok Shop di pasar Asia Tenggara dan transformasi Alibaba untuk lebih efisien. 

Menurut kabar yang beredar, efisiensi ini berdampak pada 30% karyawan perusahaan.

10. Flip

Perusahaan rintisan (startup) penyedia jasa pembayaran PT Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi atau Flip melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menjamin keberlangsungan bisnis.

CEO dan Co-founder Flip Rafi Putra Arriyan mengatakan hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sehingga berdampak negatif pada arus kas perusahaan.

“Kondisi ekonomi global hingga saat ini masih tidak menentu. Hal tersebut memberikan dampak kepada hampir semua lini usaha, tidak terkecuali Flip. Demi menjamin keberlangsungan bisnis Flip, manajemen dengan berat hati melakukan reorganisasi internal,” ujar Rafi dalam keterangan yang diterima Bisnis, Rabu (10/1/2023).

Logo FLIP
Logo FLIP

11. Xendit

Perusahaan rintisan (startup) finansial berstatus unicorn finansial pertama di Indonesia, Xendit melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan. Namun, tidak diinformasikan jumlah karyawan yang terdampak. 

Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven mengatakan ini merupakan keputusan yang sulit, tetapi perusahaan terpaksa melakukannya demi bisnis yang lebih bertahan lama dan peningkatan profitabilitas.

“Kami merasa perlu untuk menyelaraskan sumber daya dengan strategi bisnis, mengoptimalkan efisiensi tim kami, dan memastikan bahwa kami berada pada posisi terbaik untuk mengejar peluang pertumbuhan baru,” ujar Mikiko.

Padahal, pada kuartal II/2022, Xendit kembali mendapatkan pendanaan seri D dengan total US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner, yang diikuti oleh Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo dan Goat Capital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper