Bukalapak dan Xendit
7. Bukalapak
Emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 5 persen karyawannya di berbagai divisi pada periode Agustus 2023.
"[Jumlah karyawan yang dilakukan PHK] kurang dari 5 persen di periode pelaksanaan ini," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bukalapak, Teddy Nuryanto Oetomo, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/8/2023).
Teddy menjelaskan PHK dilakukan setelah perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik, serta untuk mengoptimalisasi operasional.
8. Zenius
Startup edukasi-teknologi (edutech) Zenius mengumumkan tutup sementara usai 20 tahun beroperasi di Indonesia.
“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” tulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023).
Manajemen Zenius menyatakan bahwa keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional.
Padahal sebagaimana diketahui, pada 2009, startup edutech ini sempat mendapat pendanaan dari Northstar Group, modal ventura yang dinahkodai Patrick Walujo sebesar US$20 juta.
9. Lazada
Perusahaan e-commerce Lazada disebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan di kantor induknya pada 3 Januari 2024. Disebut akibat agresivitas TikTok Shop di pasar Asia Tenggara dan transformasi Alibaba untuk lebih efisien.
Menurut kabar yang beredar, efisiensi ini berdampak pada 30% karyawan perusahaan.
10. Flip
Perusahaan rintisan (startup) penyedia jasa pembayaran PT Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi atau Flip melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menjamin keberlangsungan bisnis.
CEO dan Co-founder Flip Rafi Putra Arriyan mengatakan hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sehingga berdampak negatif pada arus kas perusahaan.
“Kondisi ekonomi global hingga saat ini masih tidak menentu. Hal tersebut memberikan dampak kepada hampir semua lini usaha, tidak terkecuali Flip. Demi menjamin keberlangsungan bisnis Flip, manajemen dengan berat hati melakukan reorganisasi internal,” ujar Rafi dalam keterangan yang diterima Bisnis, Rabu (10/1/2023).
11. Xendit
Perusahaan rintisan (startup) finansial berstatus unicorn finansial pertama di Indonesia, Xendit melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawan. Namun, tidak diinformasikan jumlah karyawan yang terdampak.
Managing Director Xendit Indonesia Mikiko Steven mengatakan ini merupakan keputusan yang sulit, tetapi perusahaan terpaksa melakukannya demi bisnis yang lebih bertahan lama dan peningkatan profitabilitas.
“Kami merasa perlu untuk menyelaraskan sumber daya dengan strategi bisnis, mengoptimalkan efisiensi tim kami, dan memastikan bahwa kami berada pada posisi terbaik untuk mengejar peluang pertumbuhan baru,” ujar Mikiko.
Padahal, pada kuartal II/2022, Xendit kembali mendapatkan pendanaan seri D dengan total US$300 juta atau senilai Rp4,3 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Coatue dan Insight Partner, yang diikuti oleh Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo dan Goat Capital