Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison buka suara atas satelit orbit rendah bumi Starlink milik Elon Musk yang resmi beroperasi di Indonesia dan menurunkan harga perangkat keras menjadi Rp4,68 juta.
SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Steve Saerang mengatakan bahwa fokus perusahaan adalah memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Perusahaan telah mempelajari jenis layanan yang diinginkan 100,7 juta pelanggan Indosat.
Dengan kondisi tersebut, Indosat tidak khawatir dengan langkah Starlink yang membanting harga perangkat untuk menarik konsumen.
“Kalau ditanyakan apakah kami takut [pelanggan beralih ke Starlink]? Otomatis kami akan menyampaikan bahwa kami akan tetap fokus untuk memberikan pelayanan terbaik buat customer kami,” kata Steve saat ditemui di Kantor Indosat Ooredoo Hutchison, Jakarta, Senin (20/5/2024).
Diketahui, Starlink menurunkan harga perangkat keras yang awalnya sekitar Rp7,8 juta menjadi Rp4,68 juta hingga 10 Juni 2024. Langkah tersebut diambil untuk mendorong penetrasi layanan internet Starlink.
Perangkat keras tersebut nantinya dapat menerima internet Starlink, yang kemudian dapat digunakan oleh 10-12 gawai. Adapun total kecepatan yang diterima sejauh ini berkisar 250 Mbps- 300 Mbps untuk satu titik.
Lebih lanjut, Steve menilai masyarakat telah memiliki preferensi layanan internet meski Starlink sudah resmi beroperasi di Tanah Air. Menurutnya, masyarakat tidak hanya menginginkan layanan internet yang murah, melainkan juga menginginkan produk yang berkualitas dan bisa diandalkan.
Alhasil, emiten telekomunikasi bersandi saham ISAT itu berfokus ingin memberikan layanan terbaik kepada masyarakat Indonesia, termasuk pengguna Indosat.
Dengan turunnya harga perangkat keras satelit internet milik Elon Musk, Indosat berharap agar komitmen yang digawangi pemerintah untuk memerdekakan daerah terpencil alias rural dapat terus terlaksana dengan adanya pemain baru, seperti Starlink.
“Karena kalau kita sama-sama hanya menyasar segmen urban atau metropolitan, pemberdayaan yang sesungguhnya tidak akan pernah terjadi. Tetapi kalau ini memang fokusnya adalah pembangunan rural, kami terus mendukung,” ujarnya.
Untuk itu, Steve menyatakan bahwa komitmen awal untuk memeratakan internet untuk daerah pelosok dan terluar bisa terlaksana. Terlebih, Steve menuturkan bahwa Indosat juga berfokus untuk memeratakan akses internet untuk wilayah Indonesia Timur.
“Kami berharap hal yang sama juga dapat dilaksanakan oleh pemain-pemain yang baru saja ada di Indonesia, dengan komitmennya untuk memerdekakan daerah pelosok,” pungkasnya.
Starlink menawarkan tiga jenis paket layanan internet, mulai dari residensial (rumah), jelajah (berpergian), dan kapal (perairan).
Untuk paket residensial, harga layanan standar Starlink dibanderol Rp750.000 per bulan dengan kuota tanpa batas. Kemudian untuk paket jelajah internet berkecepatan tinggi dipatok Rp990.000 per bulan (mobile regional) dan Rp4,34 juta per bulan (prioritas mobile 50 GB).
Berikutnya, Starlink juga tersedia untuk internet berkecepatan tinggi di perairan mulai dari Rp4,34 juta per bulan dengan biaya perangkat keras senilai Rp43,73 juta. Dengan paket layanan ini, Starlink diklaim memiliki keceparan unduhan 40–220+ Mbps, unggahan 8-25+ Mbps, dan latensi kurang dari 99 Mdtk.