Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 82,72% dari total malware yang terdeteksi sepanjang 2023 diketahui berasal dari malware jenis ransomware dengan total 3.273 kasus. Trojan menjadi jenis ransoware yang paling agresif pada tahun lalu.
Berdasarkan data dari Vaksincom, ransomware menjadi jenis malware yang paling banyak digunakan karena aksinya yang tidak dapat terdeteksi.
Malware jenis ini bisa menginfeksi komputer dan mengenkripsi data korbannya tanpa jejak, karena setelah beraksi, dia dapat langsung menghapus semua bekas yang ditinggalkan.
Adapun jika memang ada jejak yang tertinggal, virus ini mampu untuk mengubah identitasnya setiap kali menjalankan aksinya.
Diketahui, jenis ransomware yang paling banyak terdeteksi pada 2023 dipimpin oleh Trojan dengan 32,45% atau sekitar 1.283 kasus. Jenis ransomware yang satu ini dapat menyerang komputer dengan menyamar sebagai program atau sistem operasional resmi.
Dikutip dari McAfee, virus ini dikemas dalam file, program, atau potongan kode yang tampak tidak berbahaya untuk mengelabui targetnya.
Adapun Trojan dirancang untuk merusak, mengganggu, mencuri, atau menimbulkan berbagai dampak berbahaya lain bagi data dan komputer user. Kadang-kala, Trojan juga dapat digunakan untuk membuka jalan untuk masuknya ransomware yang lebih parah.
Kemudian, ransomware jenis lainnya yang juga cukup banyak ditemukan adalah generic yakni sebesar 754 kasus atau 19%. Ransomware yang satu ini sebenarnya adalah kategori malware yang belum terdeteksi oleh definisi antivirus sehingga tidak memiliki nama.
Namun beruntungnya, sekalipun belum dapat diidentifikasi, penularannya dapat dihentikan.
Di posisi selanjutnya adalah ransomware dengan kategori Adware. Ransomware jenis ini memiliki persentase infeksi sebesar 12,06% atau sekitar 477 kasus. Diketahui, Adware atau Advertising Software merupakan jenis malware yang menyamar menjadi iklan pengganggu.
Alhasil, jika sang korban tidak sengaja membuka iklan ini, virus akan masuk ke dalam komputer dan dapat berkembang menjadi aplikasi jahat. Komputer yang telah terinfeksi pun dapat dimanfaatkan penjahat untuk melakukan tindakan berikutnya.
Kemudian, ransomware yang juga memiliki tingkat penularan terbanyak adalah crack atau melalui aplikasi bajakan. Angka penularan virus ini bisa mencapai 382 kasus atau 10% dari total penularan pada 2023.
Berdasarkan Vaksincom, aplikasi bajakan kerap disusupi virus jahat untuk masuk ke sistem komputer penggunanya.
Adapun virus crack yang menguasai sekitar 9,66% dari keseluruhan malware di Indonesia terdiri atas W32.Hack.Tool, W32.Hack.Tool, W32.Hacktool.Kms, W32.Hacktivator, W32.Hacktool.Gen, W32.Hacktool.Kms, W32.Hacktool.Passviewer dan W32.Hacktool.Riskware.
Peringkat kelima yang cukup menonjol dan perlu menjadi perhatian adalah kategori Infector dengan persentase infeksi 9,53% atau sekitar 377 kasus.
Virus yang satu ini mampu untuk menginfeksi file driver. Adapun file driver adalah program atau file yang berisi kumpulan instruksi untuk mengoperasikan perangkat keras tertentu.
Pakar Keamanan Siber dan Forensik Alfons Tanujaya mengatakan, cara terbaik untuk menghentikan ransomware adalah memonitor jalur masuknya dan menghentikannya sebelum beraksi.