Bisnis.com, JAKARTA - Sebelum memutuskan untuk tutup, startup edukasi-teknologi Zenius berusaha keras untuk bertahan dengan melakukan reorganisasi hingga peranmpingan atau PHK Karyawan. Membuka awal 2024, Zenius memberi kabar duka.
“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkul Indonesia yang cerdas, cerah, dan asik,” tulis dalam keterangan resmi Zenius, dikutip Kamis (4/1/2023).
Menurut keterangannya, keputusan perusahaan diambil akibat tantangan operasional di tengah isu musim dingin teknologi beberapa tahun terakhir.
Mengutip laman Zenius, startup ini sebenarnya sudah beroperasi sejak 2004. Saat itu, para founder Zenius, mulai dari Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta membentuk bisnis ini tanpa bantuan modal dari pihak eksternal sama sekali.
Upaya inipun dilakukan demi satu cita-cita mulia, yakni mendokumentasikan materi pendidikan dalam format digital. Tentu, ini bukanlah langkah yang mudah. Salah satu kendala utamanya adalah penetrasi internet yang masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, Zenius memulai bisnisnya dengan membuka bimbel konvensional. Untuk versi digitalnya, mereka mencoba merekam video edukasi untuk dijual dalam bentuk CD.
“Itupun operasional kantornya masih nebeng di rumah bimbel Sony Sugema Collage Tebet, yang didapat karena atas dasar hubungan baik Pak Medy dengan alm. Pak Sony Sugema,” dikutip dari laman Zenius.
Singkat cerita, rupanya CD satuan Zenius mendapat respons positif dari masyarakat. Alhasil untuk lebih mengepakan sayapnya, Zenius dibentuk menjadi perusahaan PT Zenius Education pada 7 Juli 2007.
Sejak saat itu, Zenius mulai mengembangkan bisnisnya dengan berbagai macam konsep produk baru, termasuk website belajar online.
Berdasarkan laman Zenius, jumlah pengunjung situs edukasi ini terus meningkat di setiap tahun ajaran.
Mulai dari 268.000 pengunjung pada tahun ajaran 2011-2012, naik ke 2,1 juta pengunjung pada 2012-2013, lalu 4,9 juta pengunjung pada 2013-2014, dan puncaknya pada 2016-2017 yakni 17,2 pengunjung.
Selain itu, jumlah video Zenius yang dibuat dan ditonton juga makin banyak pada masanya. Sampai dengan Juni 2017, total video materi yang berhasil didokumentasikan Zenius sebanyak 66.000 video dan 3.000 paket latihan.
Adapun jumlah video yang diputar secara daring pada 2011-2012 mencapai 1,2 juta, lalu bertambah menjadi 6,2 juta pada 2012-2013, meningkat menjadi 12 juta pada 2013-2014, lalu terakhir pada 2016-2017 menjadi 38 juta.
Menariknya, video ini juga dijual belikan secara luring. Sampai Juli 2017, Zenius Education tercatat pernah memiliki 5 distributor utama dan 424 reseller di seluruh Indonesia, di antaranya 312 reseller masih aktif sampai sekarang.
Selain itu, Zenius Education juga memiliki 15 jaringan outlet resmi di Gramedia seluruh Indonesia.
Alhasil, banyak murid yang merasa puas setelah belajar bersama dengan Zenius.
“Fyi biar gue gak keterima SBMPTN, tapi gue sangat puas kuadrat deh. Bukan masalah penerimaannya, Zenius udah secara gokil mengubah pandangan gue terhadap dinamika di realita yang gue alami sehari-hari,” ujar Alfinsa di laman Zenius pada 2016.
Pada 2009, startup edutech ini sempat mendapat pendanaan dari Northstar Group, modal ventura yang dinahkodai Patrick Walujo sebesar US$20 juta.
Kemudian 13 tahun berselang, MDI Ventures, modal ventura milik Telkom, kembali menyuntikan pendanaan untuk jumlah yang tak disebutkan. Pendanaan tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dan perluasan ekosistem pembelajaran Zenius.
Sayangnya, pendanaan yang masuk tersebut tak mampu menyelamatkan Zenius dari musim dingin perusahan teknologi yang melanda beberapa tahun belakangan.
Penjualan produk Zenius melalui reseller, distributor, dan outlet resmi sudah berakhir per 1 Mei 2019.
Lalu, pada 2022, Zenius sudah melakukan PHK dua kali dalam tahun ini, PHK pertama pada bulan Mei yang memangkas sekitar 25 persen karyawannya atau lebih dari 200 karyawan dan PHK kedua pada Agustus tanpa menyebutkan jumlah karyawan yang terdampak.
Zenius mengungkapkan kedua PHK ini dikarenakan perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen.
Namun, perampingan itu tidak berhasil menyelamatkan perusahaan, sampai pada Januari 2024, Zenius memutuskan berhenti beroperasi.