Prioritas 2024
Sementara itu untuk rencana prioritas pada 2024, Bakti akan memacu proyek Palapa Ring Integrasi. Kehadiran infrastruktur tulang punggung itu akan menghubungkan Palapa Ring Barat hingga Palapa Ring Timur.
Indah mengatakan pada tahun depan hingga tahun-tahun berikutnya, Bakti akan memperkuat jaringan telekomunikasi dan melakukan teresterialisasi jaringan.
Bakti menilai meski satelit dapat menjangkau daerah, namun kapasitasnya terbatas. Makin banyak pengguna, layanan internet yang diterima masyarakat makin kurang optimal. Alhasil, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menghadirkan jaringan serat optik yang tidak terbatas.
“Pada 2024 dan 2025 kami fokus Palapa Ring Integrasi, kami sambungkan sampai lastmile dan akses sehingga teresterial teknologi telekomunikasi itu menjadi salah satu program utama Bakti,” kata Indah.
Diketahui, awalnya Bakti berencana menggelar lelang Palapa Ring integrasi pada kuartal IV/2022, dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Namun, lelang tak kunjung terjadi karena Bakti terseret kasus.
Kabel serat optik tersebut terbagi menjadi dua bagian, kabel laut sepanjang 11.182 kilometer dan kabel darat sepanjang 2.924 kilometer. Proyek Palapa Ring Integrasi akan menjangkau 24 provinsi dan 78 kota/kabupaten.
Mantan Direktur Utama Bakti, Anang Achmad Latif sempa menjelaskan dalam proyek KPBU Palapa Ring ini sudah dilakukan studi kelayakan awal atau Outline Business Case (OBC) pada 2020, dan berakhir pada 2021 atau dalam Tahap Final Business Case (FBC) serta dilakukan market sounding dan diharapkan pada 2025 sudah operasional.
Palapa Ring Intergrasi yang menghubungkan seluruh proyek Palapa Ring, dari Paring Barat hingga Timur, memiliki nilai proyek mencapai Rp23,16 triliun. Nilai tersebut tiga kali lipat lebih tinggi dari nilai Satelit Satria-1.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan integrasi ketiga proyek Palapa Ring merupakan sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kecepatan dan kapasitas internet di daerah 3T. Namun, untuk menghadirkan Palapa Ring Integrasi tidak mudah. Butuh waktu dan biaya besar.
“Serat optikkan secara kapasitas besar, tetapi bangunnya tidak mudah,” kata Heru.
Bakti juga akan mendorong mengkaji pengadaan Satelit Satria-2. Wahana luar angkasa dengan kapasitas 300 Gbps itu ditaksir membutuhkan biaya investasi sebesar US$884 juta atau sekitar Rp13,71 trililun.
Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Satria Bakti Kominfo Sri Sanggrama Aradea mengatakan berdasarkan data yang tercatat di Green book Bakti, nilai investasi untuk Satelit Satria-2 mencapai US$884 juta. Nilai tersebut sudah termasuk pembangunan stasiun bumi.
“Satelit Satria-2 akan memberi internet ke 45.000 titik baru kalau tidak salah dan ini masih tetap kami godok yang pasti karena kapasitas untuk Satria-1 sendiri itu pun sebenarnya kurang jadi kita nanti akan pointing 3 satelit,” kata Aradea.
Aradea menambahkan pointing atau pengaturan titik layanan bertujuan untuk membesarkan kapasitas di sejumlah titik.
Secara teknis, ada beberapa titik Satria-1 yang nantinya dimigrasikan ke Satria-2 agar layanan yang diterima masyarakat lebih optimal. Namun, dia menekankan tujuan dari Satria-2 adalah lebih ke perluasan layanan untuk menjangkau daerah-daerah baru.
Adapun mengenai peluncuran Satria-2 saat ini masih terus dimatangkan.
“Lebih kepada lokasi-lokasi baru yang memang tidak tercover oleh teknologi fiber optik atau gelombang micro (microwave)” kata Aradea.