Bisnis.com, JAKARTA - Hasil sidang World Radiocommunication Conference (WRC) 2023 memutuskan wahana dirgantar super atau High Altitude Platform Station (HAPS) dapat beroperasi di Indonesia. Teknologi yang digadang-gadang sebagai base transceiver station (BTS) terbang itu tengah dikembangkan oleh raksasa keuangan Jepang Softbank dan Avealto.
WRC menyatakan HAPS dapat beroperasi di Indonesia dengan menggunakan empat frekuensi di pita 900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz. Keempat frekuensi tersebut memiliki ekosistem 4G yang matang di Indonesia.
HAPS nantinya dapat mengangkut base transceiver station (BTS) 4G di ketinggian 18 km-25 Km (stratosphere) atau lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian satelit orbit rendah, seperti Starlink, yang sekitar 550 km.
Penempatan BTS di udara ini menjadi tahap lanjut perihal pengoperasian BTS, yang selama ini cenderung diletakan di tanah dan menempel dengan menara telekomunikasi. Maka, tidak heran jika HAPS kemudian disebut sebagai BTS terbang.
“Hasil sidang MWC implementasi BTS terbang di ketinggian 900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz,” tulis dalam akun instagram @SDPPI Kemenkominfo, Sabtu (23/12/2023).
Softbank menjadi salah satu negara terdepan dalam pengembangan HAPS.
Dilansir dari Satnews, Softbank telah melakukan uji coba lapangan menggunakan antena silinder siap 5G pada Desember 2023.
Bagian dari uji coba lapangan ini didasarkan pada proyek penelitian “Teknologi Optimasi Area Dinamis Menggunakan CPS untuk Platform Udara”, yang dipilih dan ditugaskan oleh Institut Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (NICT) di Jepang untuk “Proyek Promosi Penelitian dan Pengembangan Beyond 5G”.
Sunglider, sistem pesawat tak berawak (UAS) SoftBank yang dikembangkan untuk HAPS, dapat mencakup area luas hingga diameter maksimum 200 km. Jangkauan tersebut diklaim setara dengan jangkauan 400 BTS di pita 900 MHz - 2,6 GHz di bumi.
Haps Softbank sendiri rencananya memiliki bentang sayap pesawat sepanjang 78 meter, dan digerakkan dengan 10 baling-baling. Wahana tersebut dapat terbang dengan kecepatan 110 kilomter per jam.
Untuk bertahan di udara, Sunglider Softbank akan mendapat pasokan tenaga dari matahari. Seluruh sayap Sunglider rencananya dibalut oleh panel surya. Sunglider akan terbang berputar membentuk lingkaran untuk beberapa bulan.