Bisnis.com, JAKARTA - Kualitas internet di Kota Jayawijaya, Papua Pegunungan, perlu ditingkatkan untuk mendukung beragam aktivitas digital yang saat ini telah menjadi kebutuhan.
Berdasarkan pengukuran kecepatan unggah dan unduh yang dilakukan Bisnis di sejumlah lokasi, kondisi Ibu kota Kabupaten Distrik Wamena ini cukup merana. Kecepatan unduh dan unggah sangat kecil, di bawah 2 Mbps.
Di rumah makan Blambangan, salah satu rumah makan terkenal di Kota Jayawijaya, kecepatan unduh hanya 1,1 Mbps, sementara itu kecepatan unggah sebesar 1,03 Mbps. Lokasi rumah makan Blambangan masih di dalam Kota Jayawijaya.
Kemudian di Hotel Grand Baliem, kecepatan unduh hanya 0,32 Mbps. Kecepatan unggah sebesar 1,97 Mbps. Hotel Grand Baliem merupakan salah satu hotel terbesar di Kota Jayawijaya. Letaknya sekitar 200-300 meter dari Bandara Wamena.
Adapun di Bandara, aplikasi pengukur kecepatan internet Speedtest tak bisa berfungsi. Tidak bisa mengirim dan menyimpan gambar di Bandara. Namun, untuk berkirim pesan masih aman.
Sementara di lokasi lainnya, seperti di Hotel dan Rumah Makan, membuka Instagram sangat lama. Pun, dengan scroll gambar, membutuhkan waktu sekitar 45 detik untuk melihat 1 video reels dengan kualitas gambar yang rendah atau pecah-pecah.
Kondisi ini juga berbeda dengan di Sentani, Jayapura. Pengukuran yang dilakukan bisnis di tempat tersebut menunjukkan kecepatan unduh di Bandara Sentani mencapai 14,7 Mbps, kemudian unggah sebesar 5,51 Mbps.
Warga Jayawijaya selama ini mendapat layanan internet yang berasal dari microwave, sehingga secara kualitas tidak sebaik serat optik.
Saat ini hanya ada satu operator yang hadir untuk memberikan layanan internet kepada warga. Mereka meminta adanya operator seluler lain, nonpemerintah, untuk masuk dan melayani warga Jayawijaya.
Selain microwave, warga Jayawijaya juga mendapat layanan data dari program Akses Internet Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti).
Bakti menyuntikan internet berbasis satelit ke sejumlah titik, dengan kecepatan rata-rata per titik hanya 2 Mbps. Program tersebut telah berjalan sejak 2019. Saat ini kapasitas di sejumlah titik yang masuk ke lingkup program Akses Internet sudah padat.
Staf Direktorat SDA Bakti Kemenkominfo, Dede Sukardoyo, mengatakan dari 332 usulan pembangunan akses internet (AI), Bakti telah memenuhi 57% pembangunan AI hingga Oktober 2023.
Bakti berencana menambah puluhan titik akses internet hingga akhir 2023. Adapun untuk base transceiver station (BTS) 4G di Papua Pegunungan, saat ini telah aktif di 127 lokasi.
“Kemudian untuk total site BTS di Jayawijaya ada 159 site, yang on air mencapai 127 BTS dari 131 BTS yang telah terinstal,” kata Dede.