Jelajah Sinyal 2023: Akses Pendidikan Tak Lagi Mahal & Terbatas di Perbatasan

Anitana Widya Puspa
Jumat, 1 Desember 2023 | 14:40 WIB
Peserta mengikuti ujian Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat, Senin (8/5/2023). Sebanyak 16.141 peserta di Kampus UPI mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SNPMB yang dibagi dua gelombang yaitu gelombang pertama 8-14 Mei 2023 serta gelombang dua pada 22-28 Mei 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Peserta mengikuti ujian Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat, Senin (8/5/2023). Sebanyak 16.141 peserta di Kampus UPI mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SNPMB yang dibagi dua gelombang yaitu gelombang pertama 8-14 Mei 2023 serta gelombang dua pada 22-28 Mei 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Bagikan

Bisnis.com, TANJUNGSELOR –  Persoalan akses pendidikan yang mahal khususnya untuk membeli buku dan materi pelajaran di wilayah Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Berau,Kalimantan Timur, secara bertahap teratasi berkat akses digital

Sebagai kota yang terletak di perbatasan dua provinsi, media yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran di Tanjung Selor bisa dikatakan terbatas.

Tak seperti di ibu kota provinsi Kaltara yakni Tarakan, di mana masih terdapat toko buku besar. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah SDN 001 Tanjung Selor, Ema Indriana yang tergolong baru dimutasi ke wilayah tersebut.

“Kalau di sini kan tidak ada toko buku. Media-media untuk mendukung pembelajaran itu menjadi kurang. Saya kan juga mutasi jadi kalau mencari bahan itu susah sekali. Kreativitas guru terbatas. Tapi dengan adanya internet seperti ini kan, kita model pembelajarannya bisa disesuaikan dengan yang menjadi minat murid-murid,” jelasnya kepada Tim Bisnis Indonesia Jelajah Sinyal 2023.

Pihak sekolah dapat menerapkan dan menyusun kurikulum secara internal dengan menerapkan metode pembelajaran mandiri. Dengan materi yang lebih interaktif lewat penggunaan gadget dan internet.

Anak-anak terbiasa untuk belajar mandiri terlebih dahulu dan ketika di sekolah bisa bertanya secara langsung kepada guru terhadap materi-materi yang dirasa masih kurang jelas.

Tak hanya itu, Ema juga merasa antusiasme dari para murid lebih terasa ketika memberi penugasan yang melibatkan penggunaan internet dan gadget. Para murid lebih rajin mengerjakan tugas dan lebih cepat menangkap materi pembelajaran.  

“Menyampaikan materi dengan penggunaan Canva, dengan gambar-gambar yang lucu-lucu kita bawa ke anak-anak membuat mereka itu senang. Jadi ga monoton tulisan aja, gitu seperti itu jadi ada games juga yang bisa kita gunakan dengan penggunaan internet seperti itu,” jelasnya.

Cepatnya adaptasi digital di sekolah ini dimulai saat pandemi dan berlanjut hingga saat ini. Para siswa tidak diwajibkan membawa handphone atau laptop ke sekolah karena pihak sekolah juga memiliki laboratorium.

Namun, rata-rata para murid di kelasnya sudah memiliki handphone dan diizinkan oleh orang tuanya untuk dibawa ke sekolah. Kendati ada juga yang tidak membawanya karena tidak diizinkan oleh orang tuanya.

Ema menilai kualitas jaringan sinyal dan internet di wilayah Tanjung Selor sudah mumpuni. Kejadian seperti sinyal yang hilang jarang terjadi.

Kalaupun terjadi adalah karena ulah iseng murid sekolah yang mencabut koneksi jaringan dan kendala yang sesekali terjadi. Kendati demikian kondisi tersebut sudah mampu diatasi oleh teknisi yang bertanggung jawab.

“Alhamdulillah bagus aja gitu ya [jaringan internet]. Paling kendala kalau misalnya WiFinya loss. Sejauh ini tidak ada gangguan yang berlangsung lama,” katanya.

Berdasarkan pengalaman yang dirasakannya, Ema mengaku sangat merasakan pentingnya penggunaan internet dalam mengembangkan diri para murid dan guru.

Dari sisi guru juga dimudahkan untuk mencari materi pembelajaran, memberikan penugasan hingga berkomunikasi dengan para orang tua murid.

Sisi lain, informasi yang tanpa batas dari internet juga bisa memberikan dampak buruk kepada para murid. Oleh karena itu, para siswa juga didampingi oleh psikolog untuk membatasi penggunaan waktu selama internet.

“Khusus anak SD ini tidak diperbolehkan untuk menggunakan rutin handphone seperti itu tapi mau tidak mau jaman sekarang mudahnya seperti itu. Akhirnya kami sedikit membatasi ada memang pembelajaran yang tidak harus menggunakan handphone atau media, internet jadi ada yang memang wajib harus menggunakan media seperti ini,” jelasnya.

Secara keseluruhan Ema berharap kualitas sinyal dan internet yang ditujukan bagi pelayanan publik bisa berjalan merata dari ke segala penjuru Indonesia.

“Nah jangan sampai kita yang kayak di kota besar kayak gini manfaatnya luar biasa ke kita maju gitu, tapi teman teman kita yang mengajarnya di hulu sana atau siswa kita yang kayaknya perlu dengan teknologi yang baru gitu. Tidak bisa mencapai itu semua itu ya ke depannya tuh kami harap sih pemerintah merata,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper