Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia ICT Institute menyebut kondisi geopolitik global saat ini justru membuka peluang besar bagi pertumbuhan pusat data (data center) Indonesia.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan banyak negara menghindari akses atau pembangunan kabel data ke arah Laut China Selatan. Alhasil, mereka pun mencoba untuk mencari wilayah alternatif untuk dapat meletakan data.
Heru pun menilai Indonesia bisa menjadi persinggahan yang menarik, mengingat lokasi strategis yang berada di antara dua benua dan dua samudra.
“Kita harus mendorong pemain cloud global untuk menempatkan pusat data di Indonesia karena memang, menempatkan pusat data di Indonesia ini, saat ini memiliki banyak kelebihan,” ujar Heru, Jumat (25/11/2023).
Lebih lanjut, Heru mengatakan pertumbuhan data center ini juga bisa semakin melesat mengingat banyaknya jumlah pengguna internet dan perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia.
Alhasil, data yang ditransaksikan, data yang disimpan, dan data yang diproses juga semakin banyak.
Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan membuat regulasi terkait kewajiban penyimpanan data di dalam negeri pada 2024.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemenkominfo Usman Kansong mengatakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 71/2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, yang memperbolehkan penyimpanan data pribadi di luar negeri akan direvisi.
Lebih lanjut, menurut Heru, selain potensi di bidang ekonomi, tempat penyimpanan data yang ada di Indonesia juga akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di Tanah Air sekaligus menjaga keamanan data di negeri sendiri.
Apalagi, ekosistem data di Indonesia saat ini juga sudah mulai siap. Menurut Heru, sudah banyak pemain luar yang masuk ke Indonesia dan diharapkan dapat terus bertumbuh.
“Jadi kalau Indonesia ini merupakan negara yang pas dan layak bilamana industri cloud global menempatkan pusat datanya di Indonesia,” ujar Heru.
