Harga Internet RI Makin Murah, Nasib Industri Telko Bakal Cerah?

Crysania Suhartanto
Rabu, 15 November 2023 | 12:00 WIB
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga internet di Indonesia disebut makin murah, bahkan termasuk salah satu negara degan tarif terendah di dunia. Namun, apakah fakta tersebut bakal membuat masa depan industri telekomunikasi cerah?

Sebelumnya Cable, situs pembanding harga internet, televisi dan telepon asal Inggris, melaporkan bahwa harga rata-rata internet per gigabyte (GB) Indonesia mencapai US$0,28 atau sekitar Rp4.349 (kurs: Rp15.694). 

Berdasarkan angka tersebut, Indonesia berada di posisi ke-17 sebagai negara dengan harga rerata per GB termurah di dunia. Adapun, Cable melakukan pengukuran terhadap 237 negara di seluruh dunia. 

Jika dibandingkan dengan kuartal II/2022, menurut laporan Cable, harga rata-rata internet Indonesia tercatat makin murah. Pada 6 bulan pertama 2022, harga internet Indonesia per GB sebesar US$0,46 atau Rp7.219.

Merespons laporan tersebut, PT XL Axiata Tbk. sebagai salah satu operator telekomunikasi di Tanah Air memastikan kenaikkan harga layanan internet sesuai dengan kondisi pasar dan kemampuan daya beli masyarakat.

Emiten berkode EXCL ini juga juga memperkirakan harga internet pada tahun depan tak banyak berubah. 

Head of External Communication XL Axiata Henry Wijayanto membenarkan bahwa harga internet di Indonesia tergolong masih murah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Dia menilai harga murah tersebut terbentuk atas berbagai faktor, salah satunya penyesuaian kemampuan daya beli pengguna. Perusahaan juga belum berencana untuk menaikkan tarif dalam waktu dekat. 

“Kami akan terus memantau dan melihat peluang penyesuaian harga internet dengan beberapa pertimbangan, termasuk kemampuan daya beli pelanggan, kompetisi dan juga strategi bisnis,” kata Henry, Selasa (14/9/2023).

Di sisi lain, harga internet yang murah berisiko memunculkan adanya persaingan ketat yang mengarah pada perang harga. Operator disarankan untuk menjaga harga tetap di atas produksi untuk menjaga persaingan tetap sehat. 

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan fenomena ini harus diperhatikan lebih lanjut oleh industri telekomunikasi. 

Menurutnya, harga harus diatur agar tidak terlalu murah atau berada di bawah biaya yang dibutuhkan untuk operasional, teknis, dan lain sebagainya. 

“Akibatnya [perang harga] sampai tidak dapat berlanjut bisnisnya bagi penyedia jasa dan buat industri juga berakibat pada kompetisi yang kurang sehat,” ujar Sigit, Selasa (14/11/2023).

Kendati demikian, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Komunikasi ITB Ian Yosep mengatakan jika industri operator sudah merasa harga internet terlalu murah dan ingin menaikan harga layanan, upaya tersebut harus dibarengi dengan peningkatan layanan yang diberikan.

“User mau mengeluarkan biaya lebih, jika ada nilai tambah yg diberikan operator seluler,” ujar Ian.

Menurutnya, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan fixed-mobile broadband (FMC) ataupun bundling dengan aplikasi yang berbayar. 

Ian mengatakan jika memang aplikasi tersebut dirasa mahal untuk dibeli langsung, biaya yang lebih tinggi untuk membeli internet tidak akan terasa oleh konsumen. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper