Bisnis.com, JAKARTA - WeWork Inc. (NYSE: WE), startup penyedia layanan coworking space tengah menjadi sorotan setelah dikabarkan akan mengajukan kepailitannya pekan depan. Anjloknya harga saham hingga kapitalisasi pasar WE pun panas diperbincangkan warganet.
Lewat platform X.com (dulunya Twitter), netizen membagikan komentarnya terkait kondisi yang tengah dialami perusahaan rintisan asal Amerika Serikat itu.
Tak sedikit yang heran karena WeWork pernah memiliki valuasi bisnis US$47 miliar pada tahun 2019, namun kini amblas ke level US$64,9 juta. Banyak yang menduga tingginya suku perbankan menjadi biang kerok bisnis properti ini.
Bahkan, di penghujung Oktober 2023 lalu, harga saham WE hanya US2,28 atau turun 99,42% dengan kapitalisasi pasar yang tersisi US$121 juta.
"Mayan padahal. Perusahaan-perusahaan yang plan to file for bankruptcy gini biasanya sahamnya volatile. Kalau short selling di lima hari terakhir malah untung 15%," tulis akun X @abdoelafif, dikutip Kamis (2/11/2023).
"WeWork become WeBroke," sebut akun X @mhabibieih.
"Imbasnya sama WeWork yang di Indo dan Asia Tenggara gimana ya? Kayaknya masih aman-aman aja mereka. Abis halloween-an juga kemarin tuh," komentar warganet lainnya melalui akun X @letsseethesky.
"Saya ingin tahu apakah ini akan terjadi pada beberapa 'unicorn' kita?," ungkap akun X @alandakariza.
Keheranan warganet akan indikasi bangkrut WeWork datang dari latar belakang startup ini yang ditopang oleh pendanaan SoftBank Group, namun tak mampu menanggung beban utan dan kerugian mendalam.
Dikutip dari Reuters, Kamis (2/11/2023) sejak awal 2023 harga saham WE telah turun 96%. Menurut Wall Street Journal, kondisi tersebut membuat WeWork berencana untuk mengajukan kepailitannya pada pekan kedua November.
Perusahaan ini memiliki utang bersih jangka panjang sebesar $2,9 miliar pada akhir Juni dan sewa jangka panjang lebih dari $13 miliar, pada saat meningkatnya biaya pinjaman merugikan sektor real estat komersial.
Adapun, kekacauan WeWork bermula sejak rencana IPO pada tahun 2019 yang gagal karena sikap skeptis investor terhadap model bisnis properti yang mengambil sewa jangka pannjang dan menyewakan untuk jangka pendek.
WeWork akhirnya go public pada 2021 dengan valuasi sebesar US$9 miliar, lebih rendah dari valuasi ketika masih menjadi perusahaan privat. Sokongan SoftBank dengan menggelontorkan puluhan miliar terus berujung kerugian.
Pada Agustus 2023, kerugian besar kembali menghadang WeWork karena ketidakmampuan melanjutkan operasional dan permintaan pasar yang semakin lemah. Hal ini diperparah dengan pengunduran diri CEO Sandeep Matharani.