Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan kedirgantaraan milik Elon Musk, SpaceX, akan meluncurkan empat satelit navigasi Badan Antariksa Eropa (ESA) Galileo ke orbit menggunakan roket Falcon 9 tahun depan. Proses ini berjalan panjang dan Elon sempat ditolak Uni Eropa.
Untuk melaksanakan hal ini, diperlukan dua peluncuran luar angkasa, tetapi kontrak ESA yang baru harus terlebih dahulu disetujui oleh Komisi Eropa dan negara anggota Uni Eropa. Kemungkinan besar hal ini akan terjadi sebelum akhir 2023.
Dikutip dari root-nation, Rabu (25/10/2023), pejabat Eropa yang ragu menggunakan layanan SpaceX menyatakan Uni Eropa tidak boleh bergantung pada perusahaan Amerika dalam hal mengirimkan objek insfrastruktur penting ke luar angkasa.
Pada saat yang sama, penundaan pengembangan proyek pembuatan peluncur baru seri Ariane benar-benar membuat UE tidak punya pilihan lain. Regulator UE akan menyetujui kesepakatan ESA dengan SpaceX akhir tahun ini.
Pada saat yang sama, penundaan pengembangan proyek pembuatan kendaraan peluncuran baru keluarga Ariane sebenarnya membuat UE tidak punya pilihan. Regulator UE akan menyetujui perjanjian ESA dengan SpaceX pada akhir tahun ini.
Satelit Galileo memiliki kepentingan strategis bagi Uni Eropa, karena satelit ini menjadi dasar dari sistem navigasi blok tersebut dan memberikan otonomi kepada UE dari GPS Amerika dan perangkat serupa lainnya.
Selain itu, satelit Galileo digunakan untuk mengirimkan data melalui saluran komunikasi terenkripsi yang digunakan oleh pejabat blok tersebut.
Seperti dikutip dari space, Rabu (25/10/2023), Galileo setara dengan Global Positioning System (GPS) Amerika Serikat, Beidou China, atau GLONASS Rusia mengorbit jaringan yang memungkinkan pengguna mengetahui secara pasti di mana mereka berada dan membantu mereka mengetahui ke mana tujuannya.
Satelit Galileo mengorbit Bumi pada ketinggian 14.429 mil atau 23.222 kilometer. Sejauh ini, sekitar 28 dari pesawat ruang angkasa berbobot 700 kg telah diluncurkan, semuanya menggunakan roket Ariane 5 milik Eropa atau Soyuz Rusia.
Perjanjian saat ini merupakan pertama bagi UE ketika perusahan Elon Musk Terlibat dalam peluncuran peralatan rahasia ke luar angkasa.
Misi mendatang ini akan menandai pertama kalinya SpaceX meluncurkan satelit UE yang membawa peralatan rahasia, dan pertama kalinya dalam 15 tahun sejak diluncurkan pesawat ruang angkasa Galileo dari wilayah non-Eropa. Maka, misi tersebut akhirnya lepas landas dari pelabuhan antariksa Eropa di Guyana Prancis.
“Hal ini mendorong Amerika Serikat dan UE untuk memulai negosiasi mengenai perjanjian untuk melindungi informasi rahasia di satelit,” tulis The Journal, dikutip dari space, Rabu (25/10/2023).
Operator peluncuran luar angkasa Perancis Arianespace mengakhiri kerja sama dengan perusahaan negara Rusia Roscosmos, roket Soyuz yang digunakan untuk meluncurkan satelit ke luar angkasa pada tahun 2022.
Pada saat yang sama, perusahaan tersebut menonaktifkan roket Ariane 5 Eropa dengan harapan dapat meluncurkan Ariane 6 yang pengembangannya sering tertunda karena berbagai kesulitan teknis.
Roket Vega C Eropa lainnya jatuh saat diluncurkan setahun lalu, mengakibatkan hilangnya dua satelit Airbus. Opsi potensial lainnya untuk meluncurkan satelit dari wilayah UE masih terlalu jauh dari implementasi praktis.
Jadi, SpaceX adalah satu-satunya pilihan yang tersisa. Satelit Galileo telah memulai beroperasi pada tahun 2016, meskipun Eropa terus mengembangkan konstelasinya, seperti yang ditunjukkan oleh peluncuran yang akan datang.
Jaringan tersebut, yang mengambil namanya dari astronom terkenal Italia Galileo Galilei, dan saat ini mencakup 23 satelit aktif. Dalam bentuk akhirnya, Galileo akan menampilkan 30 pesawat ruang angkasa, ada 24 satelit aktif dan 6 satelit cadangan di orbit. (Afaani Fajrianti)