Bisnis.com, JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) harus mampu mengalahkan perusahaan raksasa teknologi luar negeri jika ingin menjadi penguasa data center di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Telekomunikasi BUMN itu perlu menghadirkan teknologi yang lebih andal.
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan dengan menjadi penguasa, Telkom bukan hanya mengalahkan data center lokal, melainkan juga raksasa data center global yang sudah hadir di Indonesia.
Namun, langkah Telkom menuju ke posisi tersebut bukanlah hal yang mudah.
“Namun, memang jalan ke sana juga tidak mudah. Yang pertama itu di Indonesia, pemain besar dunia juga sudah hadir di Indonesia,” ujar Heru kepada Bisnis, Sabtu (21/10/2023).
Sebagai informasi, saat ini raksasa teknologi global sudah membuat data center dan masuk ke pasar Indonesia. Mulai dari Google Cloud, Alibaba Cloud, Tencent Cloud, Amazon Web Services, dan Microsoft Azure.
AWS bahkan berkomitmen untuk berinvetasi sebesar US$15 miliar, untuk mengembangkan bisnis data center dalam 15 tahun ke depan.
Kendati demikian, Heru masih optimistis Telkom bisa mencapai tujuannya jika Telkom jeli dan terus melakukan upaya strategis.
Mulai dari menggelontorkan dana yang cukup besar untuk dapat bersaing dengan para raksasa data center tersebut. Kemudian, Telkom juga harus jeli untuk melihat ceruk pasar yang mungkin bisa dimasuki ataupun melakukan kolaborasi dengan data center lain.
Menurut Heru, optimisme ini juga didasari kesuksesan Telkom masuk ke pasar mancanegara, seperti Singapura dan Hong Kong.
“Saat ini Telkom juga hadir di beberapa negara, seperti di Singapura, di Hong Kong, Ini juga bisa dimanfaatkan kalau mereka juga bisa jadi pemain yang juga diperhitungkan di negara-negara tersebut,” ujar Heru.
Oleh karena itu, Heru mengatakan, memang mengalahkan raksasa data center merupakan upaya yang sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
“Dengan hadirnya pemain-pemain besar di Indonesia, peluang untuk mencapai target memang agak berat, tetapi bukan berarti tidak mungkin,” ujar Heru.
Sebagai informasi, Telkom memang berambisi untuk menjadi penguasa bisnis pusat data skala besar atau hyperscale data center di Asia Tenggara pada 2025. Oleh karena itu, Telkom saat ini ingin menambah kapasitas data centernya hingga 400 MW hingga 2030.
“Target untuk mencapai kapasitas hingga 400 MW pada tahun 2030 adalah langkah TelkomGroup melalui NeutraDC untuk berupaya menjadi salah satu pemain besar di industri data center dan teknologi,” ujar SVP Corporate Communication & Investor Relation Ahmad Reza kepada Bisnis.
Mengutip Linknet, data center atau pusat data adalah suatu tempat yang dapat menyimpan, mengelola, dan mengidentifikasi informasi dari sebuah perusahaan yang biasanya terhubung dengan jaringan internet.
Alhasil, semua perusahaan atau lembaga yang melakukan aktivitas secara digital pasti memerlukan data center. Adapun data center ini ada yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, ataupun di luar perusahaan tersebut.
Data center yang ada di dalam perusahaan biasanya terhubung dengan kabel dengan komputer-komputer karyawan. Sementara data center yang ada di luar perusahaan biasanya akan terhubung oleh internet (cloud).
Lebih lanjut, infrastruktur data center itu terbagi menjadi 4 Tier. Tier 1 adalah infrastruktur data center yang paling basic atau tidak memiliki sistem untuk back up. Alhasil, jika ada ada kesalahan sistem atau mati lampu, data akan hilang. Kemudian, Tier 4 adalah yg paling tinggi tingkatannya.