Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) memprediksi total kapasitas energi data center di Indonesia mencapai 1,3 gigawatt (GW) dalam 8 tahun hingga 9 tahun ke depan.
Ketua IDPRO Hendra Suryakusuma mengatakan asumsi ini berdasarkan angka data center yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Pada 2016 saat kami berdiri, itu baru ada sekitar enam member yang menjalankan dan mengoperasikan sekitar 32 MW power capacity. Di tahun ini kita sudah memiliki sekitar 14 member dengan power di sekitar 250 MW,” ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (22/10/2023).
Kondisi ini, lanjut dia, didorong oleh tiga faktor utama. Pertama, peningkatan penetrasi internet.
Hendra memaparkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet (APJII) yang mencatat pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 77%. Artinya, jika jumlah masyarakat di Indonesia adalah 275 juta, sekitar 200 juta masyarakat sudah menggunakan internet.
Kedua, transformasi digital baik di perusahaan swasta maupun BUMN. Menurutnya, saat ini hampir semua UMKM yang sudah memiliki lebih dari 100 karyawan sudah melakukan aktivitas secara digital.
“Bahkan, kalau sempat datang ke warung warung misalnya kopi di pinggir pinggir, mereka sudah terima QRIS, sudah terima sistem pembayaran online lainnya,” ujarnya.
Ketiga, keberadaan komputerisasi awan (cloud computing). Dia menyebut sudah tidak ada perusahaan baru yang menjalankan aplikasinya dengan menggunakan server on premis melainkan sudah beralih ke komputerisasi awan (cloud computing).
Hendra mengatakan tren ini bahkan juga dilirik oleh sejumlah pemain cloud computing dunia seperti Google Cloud, Alibaba Cloud, Tencent Cloud, Amazon Web Services, dan Microsoft Azure.
Sebagai informasi, sebelumnya mantan Menteri Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Rudiantara mengatakan jumlah power data center Indonesia masih cukup jauh dari target data center Indonesia untuk 2030 yang sudah sampai ke angka 22 miliar watt.
Oleh karena itu, lanjut dia, kepemilikan data center oleh sebuah perusahaan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kewajiban. “Artinya apa, kepemilikan data center sendiri bukan suatu opsi, melainkan sebuah keharusan.”