Profil Satelit HBS: Dicoret Sebelum Meluncur, Konsorsium Gigit Jari

Rio Sandy Pradana
Sabtu, 21 Oktober 2023 | 20:33 WIB
Ilustrasi satelit komunikasi/Wikimedia Commons
Ilustrasi satelit komunikasi/Wikimedia Commons
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Proyek Hot Backup Satellite (HBS) senilai Rp5,2 triliun akhirnya dicoret oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebelum sempat meluncur ke angkasa.

Kontrak proyek HBS terpaksa harus diakhiri lebih awal. Adapun, HBS merupakan satelit cadangan dari Satelit Republik Indonesia (SATRIA) 1, yang telah meluncur sejak 19 Juni 2023 dari Florida, Amerika Serikat.

SATRIA 1 yang telah meluncur dengan sukses menjadi salah satu alasan keputusan tersebut usai mempertimbangkan aspek urgensi, anggaran, kemajuan kontrak, dan risiko operasional.

Ketua Satuan Tugas Bakti Kominfo Sarwoto Atmosutarno menuturkan usulan itu merupakan bagian dari pemanfaatan keterbatasan sumberdaya finansial dalam menuntaskan target inklusi digital nasional.

"Anggaran untuk HBS akan direalokasikan untuk perluasan dan peningkatan akses dan konektivitas digital nasional," jelasnya, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Sarwoto menuturkan total nilai Proyek HBS adalah Rp5,2 triliun. Pembayaran yang telah dilakukan oleh Pemerintah adalah senilai Rp3,5 triliun ditambah cost of money dan akan dikembalikan oleh Konsorsium Nusantara Jaya (KNJ).

Profil Proyek Hot Backup Satellite (HBS)

Pelaksanaan pengadaan Proyek Penyediaan HBS mengacu pada Peraturan Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi No. 4/2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite.

Proyek ini sejalan dengan Peta Jalan Indonesia Digital yang pertama yaitu percepatan infrastruktur untuk memperluas akses masyarakat terhadap internet dalam rangka akselerasi transformasi digital.

Konsorsium Nusantara Jaya telah ditetapkan sebagai pemenang tender dan ditunjuk sebagai Penyedia untuk Proyek HBS pada 10 Maret 2022. Konsorsium tersebut terdiri dari PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.

Rencananya, proyek HBS memiliki tujuh stasiun bumi yang tersebar di beberapa kota di wilayah Indonesia antara lain Banda Aceh, Bengkulu, Cikarang, Gresik, Banjarmasin, Tarakan dan Kupang. Selain itu, Proyek HBS juga akan memiliki dua set Satellite Control Center (SCC) primer dan backup.

SCC primer terletak di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat dimana antenna dan RF subsystem-nya terletak di Banda Aceh. Lalu, SCC backup terletak di Banjarmasin dengan antenna dan RF Susbsytem-nya berada di Kupang.

Pengadaan infrastruktur penyediaan HBS, membutuhkan biaya investasi sebesar Rp5,2 triliun, termasuk PPN. Adapun, biaya jasa pengoperasian dan pemeliharaan Infrastruktur HBS senilai Rp475,2 miliar, termasuk PPN pertahun selama masa operasi 15 tahun.

Dalam Konferensi Pers virtual dari Media Center Kominfo, Jumat (11/03/2022), Direktur Utama Bakti Kemenkominfo Anang Latief menjelaskan penyediaan HBS untuk mitigasi risiko Satelit SATRIA-1 yang memiliki kompleksitas dan potensi gangguan operasional tinggi.

SATRIA-1 menggunakan teknologi High-Throughput Satellite [HTS] yang baru, rumit dan kompleks sehingga risiko kemungkinan munculnya masalah dalam pembangunan maupun operasional cukup tinggi," ujanya kala itu.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper