Kontrak Satelit Rp5,2 Triliun Batal, Satria-1 Mengorbit Tanpa Cadangan

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 21 Oktober 2023 | 08:05 WIB
Suanasa nonton bareng peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 di Skyworld TMII, Jakarta, Senin (19/6/2023)/Kemkominfo
Suanasa nonton bareng peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 di Skyworld TMII, Jakarta, Senin (19/6/2023)/Kemkominfo
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengakhiri kontrak proyek Hot Backup Satellite (HBS) senilai Rp5,2 triliun, akibat kekurangan dana. 

Ditengah keterbatasan sumber daya finansial dalam menuntaskan target-target inklusi digital, pemerintah merelokasikan anggaran HBS untuk perluasan konektivitas digital nasional. 

Diketahui satelit HBS adalah satelit cadangan dengan kapasitas internet 80 Gbps atau setengah dari kapasitas Satelit Satria yang sebesar 150 Gbps. Satelit ini awalnya digunakan untuk memitigasi atas risiko apabila terjadi gagal luncur, sekaligus sebagai kapasitas cadangan sebelum Satria-1 beroperasi secara optimal.

Sesuai tugasnya dalam memberikan arahan dan rekomendasi kepada Bakti Kominfo, Satgas BAKTI telah mengkaji usulan dan menyetujui pengakhiran lebih awal Kontrak HBS setelah aspek urgensi, anggaran, kemajuan kontrak, dan risiko operasional Satria-1 yang telah meluncur dengan sukses dianalisa oleh Manajemen Bakti. 

Satuan Tugas BAKTI Kominfo telah menerima dan memberi rekomendasi terkait governance, risk, and compliance atas pengakhiran kontrak hot backup satellite yang disampaikan oleh Direktur Utama BAKTI Kominfo. 

Satgas juga memastikan bahwa manajemen BAKTI telah melakukan mitigasi risiko atas kebutuhan layanan internet di lokasi-lokasi layanan publik serta mengkordinasikan pengakhiran ini dengan KNJ. Satgas menekankan pentingnya BAKTI untuk mempedomani aspek tidak adanya kerugian negara yang timbul akibat pengakhiran kontrak HBS tersebut.

“Satelit SATRIA-1 ini akan segera beroperasi awal 2024 sehingga kita akan sangat sibuk sekali dengan bagaimana memanfaatkannya secara optimal, baik untuk kapasitas space segment ataupun ground segment. Jangan sampai kita tidak fokus,” kata Ketua Satgas Bakti Kominfo Sarwoto Atmosutarno, dikutip Sabtu (21/10/2023).

Satgas Bakti Kominfo adalah satuan tugas yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 472 Tahun 2023. 

Tugasnya adalah untuk melakukan percepatan penyelesaian dan optimalisasi program penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi pada Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo. 

Satgas antara lain bertugas memastikan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi oleh BAKTI seperti penyediaan akses internet di wilayah 3T, pembangunan BTS, penyediaan jaringan serat optik Palapa Ring, penyediaan HBS dan pengoperasian SATRIA-1.

Sebagaimana namanya, HBS berfungsi sebagai satelit cadangan jika satelit internet cepat SATRIA-1 mengalami anomali ketika meluncur. SATRIA-1 sendiri sudah berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 19 Juni 2023. 

Total nilai Proyek HBS adalah Rp5,2 triliun. Pembayaran yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah senilai Rp3,5 triliun ditambah cost of money dan akan dikembalikan oleh KNJ.

Saat ini SATRIA-1 sedang dalam perjalanan menuju orbitnya dan diperkirakan dapat dikaryakan pada awal tahun 2024.

Sebelumnya, Bakti juga melakukan rasionalisasi target Satelit Satria-1 menjadi 50.000 titik layanan dari 15.000 titik. Langkah ini berdampak pada kesenjangan digital yang tidak terpangkas dengan baik. 

“Apakah ini akan menjadi suatu kesenjangan berikutnya? iya, memang dengan berat hati kami sampaikan. Namun, kami juga melakukan seleksi tidak main-main,” kata Kepala Divisi Infrastruktur Satelit BAKTI Kominfo, Sri Sanggrama Aradea, Senin (1/8/2023). 

Sri mengatakan bahwa rasionalisasi dilakukan mengingat kebutuhan internet di masyarakat makin meningkat. Dengan rasionalisasi ini, maka setiap lokasi yang awalnya hanya mendapat 1 Mbps, nanti berpotensi mendapat internet dengan kecepatan 3-4 Mbps. 

Sri juga mengatakan bahwa 150.000 titik merupakan hasil perhitungan pada 2018. Data Bakti terbaru mengungkapkan bahwa jumlah titik yang belum mendapat akses internet saat ini sudah jauh terpangkas sejalan dengan penggelaran jaringan yang makin luas, yang dilakukan oleh operator seluler. 

Pada Juni 2023, Platform Pasti Bakti mengusulkan pemberian akses internet di 163.356 (site) lokasi.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 14.360 lokasi telah mendapat internet dari infrastruktur eksisting. 91.166 belum tercover BTS 4G dan 53.198 lokasi sudah tercover BTS 4G. Sementara 4.632 lokasi adalah terminasi dan relokasi. 

“Penetrasi yang dilakukan operator seluler cukup masif, sehingga nantinya 150.000 titik akan menjauh dan pindah ke tempat yang lebih terisolasi. Jadi untuk titik layanan pasti akan fluktuatif, tergantung mana yang sangat membutuhkan,” kata Sri.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper