Bisnis.com, JAKARTA – Dalam dunia teknologi, kemutakhiran tidak melulu menjadi hal yang positif. Di India, distrik-distrik seperti Bengaluru dan Gurgaon yang notabene merupakan pusat pengembangan teknologi, justru menjadi sarang penjahat siber.
Dalam laporan berjudul ‘A Dive Dive into Cybercrime Trends Impacting India dari Lembaga nonprofit Future Crime Research Foundation (FCRF) lokasi yang menjadi hotspot penjabat siber terindentifikasi sejak Januari 2020 hingga Juni 2023.
“Ada 10 distrik di India yang menjadi pusat kejahatan siber. Di lokasi-lokasi itu, beberapa faktor seperti keterbatasan infrastruktur siber, masalah sosial-ekonomi, dan literasi digital yang buruk, menjadi penyebab tingginya kejahatan siber,” tulis laporan itu, dikutip Kamis (21/9/2023).
Ironisnya, distrik-distrik seperti Bengaluru dan Gurgaon dipertimbangkan sebagai area yang paling menarik bagi industry teknologi di Asia.
Namun kondisi ini tidak juga bisa dibilang aneh. Sebab, tidak sedikit perusahaan penyedia layanan teknologi yang beroperasi di kota-kota tersebut.
Sebut saja, Google, Microsoft, IBM India, Accenture, Cognizant, Infosys, dan Wipro, semuanya mempunyai pusat-pusat operasi di area-area tersebut.
Memang, kehadiran perusahaan-perusahaan canggih itu menjadikan kota-kota itu sebagai area dengan pendapatan per kapita tertinggi ketiga di seantero India.
Namun, kesenjangan antara pengetahuan digital dan kesadaran masyarakat terhadap keamanan siber malah menjadi faktor yang mendorong terjadinya banyak aktivitas kriminal di dunia maya.
Perlu diketahui, Bengaluru merupakan ‘Silicon Valley of India’.
Adapun, sebanyak 18 persen kejahatan siber di India terjadi di distrik Gurgaon. Terbatasnya kesempatan kerja dan literasi digital di Gurgoun disebut menjadi alasan maraknya kejahatan siber di kota itu.
Temuan lain dalam laporan ini, seluruh kejahatan siber yang dilaporkan di India, hampir setengahnya (47,25 persen) melibatkan penipuan Unified Payments Interface (UPI).
Penipuan debit, kartu kredit dan sim swap berada di posisi kedua dengan 11,27 persen. Secara keseluruhan, kejahatan bermotif finansial menyumbang 77,41 persen insiden.