Bisnis.com, JAKARTA - IBM, perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras asal Amerika Serikat (AS), memperkirakan terdapat 1,4 miliar tenaga kerja secara global yang bakal terdampak oleh kecerdasan buatan (AI).
Dalam sebuah studi terbaru dari IBM Institute for Business Value, secara global para eksekutif memperkirakan bahwa 40 persen dari tenaga kerja mereka akan membutuhkan pelatihan ulang sebagai dampak dari penerapan AI dan otomatisasi selama tiga tahun ke depan.
Jumlah tersebut sekitar 1,4 miliar orang– dari 3,4 miliar tenaga kerja global menurut Bank Dunia– perlu dilatih ulang dalam waktu dekat menurut laporan IBM.
Managing Partner IBM Indonesia Andrian Purnama mengatakan studi IBM berjudul Augmented work for an automated AI-driven world, menunjukkan adanya kesenjangan antara pelaku usaha dan karyawan tentang prioritas di tempat kerja.
Para eksekutif yang disurvei menempatkan pekerjaan yang berdampak sebagai faktor yang tidak terlalu penting bagi tenaga kerja mereka, dan justru menunjuk pengaturan kerja yang fleksibel sebagai hal terpenting di luar kompensasi dan keamanan.
"Meskipun AI terus terimplementasi di hampir seluruh proses bisnis dalan suatu perusahaan, namun tenaga kerja manusia tetaplah menjadi keunggulan kompetitif utama bagi bisnis. Oleh karena itu, sangat penting bagi para eksekutif untuk dapat memimpin dan mengarahkan tenaga kerja mereka dalam melewati pergeseran ini,” kata Andrian dikutip, Kamis (21/9/2023).
Andrian juga mengatakan menjembatani kesenjangan ini sangatlah penting untuk memastikan tenaga kerja memfokuskan energi dan waktu mereka untuk melakukan pekerjaan yang lebih kreatif dan berdampak bagi perusahaan.
"Sedangkan AI and otomasi dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berulang dan lebih memakan waktu,” kata Andrian.
Menurut para eksekutif yang disurvei, membangun keterampilan baru bagi karyawan yang ada merupakan masalah pengelolaan talenta yang paling utama.
Responden eksekutif menyebutkan bahwa gagap teknologi adalah masalah talenta terpenting kedua, namun hanya 21 persen karyawan yang mengatakan bahwa kurangnya kecakapan teknis di seluruh tim mereka adalah tantangan utama sehari-hari.
Studi ini juga memberikan rekomendasi tentang bagaimana para pemimpin dapat mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan talenta mereka di era AI dan membantu organisasi mereka bertransformasi untuk masa depan, termasuk fokus pada keterampilan dan model operasi.
Studi IBM Institute for Business Value, bekerja sama dengan Oxford Economics, mensurvei 3.000 eksekutif C-suite global di 20 industri dan 28 negara dari seluruh wilayah utama pada Desember 2022 dan Januari 2023 mengenai peran pekerjaan, keterampilan, dan bagaimana pekerjaan diselesaikan.
IBV juga mensurvei hampir 370 eksekutif dari Australia, Jerman, India, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat pada bulan April dan Mei 2023 tentang pekerjaan dan keterampilan dalam konteks AI generatif.
IBM Institute for Business Value, thought leadership think tank dari IBM, menggabungkan penelitian global dan data kinerja dengan keahlian dari para pemikir industri dan akademisi terkemuka untuk memberikan insight yang membuat para pemimpin bisnis menjadi lebih cerdas. (Afaani Fajrianti)