Author

Kusumo Martanto

CEO & Co-Founder Blibli

Lihat artikel saya lainnya

Opini: Menyelaraskan Strategi Bisnis Berkelanjutan Untuk Pelayanan Terbaik Kepada Pelanggan

Kusumo Martanto
Senin, 11 September 2023 | 16:01 WIB
Blibli. /Blibli
Blibli. /Blibli
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ada pergerakan seismik di industri konsumen saat ini, bahkan di tingkat global. Perubahan ini adalah arah bisnis yang mementingkan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social and Governance/ ESG) dalam berbagai aspek.

Pergeseran ini hendaknya tak sekadar dilihat sebagai tren, melainkan sebuah landasan era bisnis baru, yang mencerminkan nilai-nilai konsumen modern dan kunci keberlanjutan bisnis di masa depan.

Banyak pendorong terhadap perubahan ini, termasuk regulasi ESG untuk pelaku usaha di berbagai negara dan masalah perubahan iklim yang kian mendesak. Apalagi, konsumsi global telah membawa serta dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari produksi, distribusi, dan pembuangan produk.

Namun, kini ESG tak hanya sekedar kewajiban atau nilai-nilai yang dipegang oleh pelaku usaha, tapi punya dampak besar terhadap preferensi konsumen dalam memutuskan untuk membeli sebuah produk atau memilih penyedia jasa layanan.

Menurut survei sentimen konsumen McKinsey pada tahun 2020, lebih dari 60 persen responden bersedia membayar lebih untuk produk dengan kemasan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Menurut riset yang sama, selama lima tahun terakhir, penjualan produk dengan klaim terkait ESG telah menyumbang 56 persen dari pertumbuhan keseluruhan. Pada dua pertiga kategori produk ritel yang diteliti, produk yang membuat klaim terkait ESG tumbuh lebih cepat daripada yang tidak memiliki klaim ESG. Tren ini menunjukkan betapa pentingnya faktor ESG dalam mempengaruhi pilihan konsumen saat ini.

Artinya, konsumen tak hanya punya preferensi terhadap produk yang memerhatikan ESG, tapi memang secara aktif membeli produk dan layanan ini. Namun, ESG tidak terbatas pada label pada produk atau klaim-klaim yang disebarkan pada publik, melainkan berhubungan erat dengan strategi jangka panjang dan penentu arah bisnis.

Lebih dari sekedar aksi yang berhubungan dengan penjualan dan pemasaran, ESG selayaknya menjadi komitmen pelaku usaha terhadap praktik-praktik bisnis yang sadar lingkungan, dampak sosial, dan tata kelola.

Merangkul ESG Sebagai Penentu Arah Bisnis yang Berkelanjutan

Kesadaran akan keselarasan bisnis berkelanjutan dan preferensi konsumen tentunya perlu diimplementasikan oleh pelaku usaha untuk menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dalam operasionalnya. Enam topik material yang diimplementasikan meliputi emisi, limbah, sumber daya, pendidikan, pengembangan masyarakat, dan pengelolaan data dengan perlindungan privasi pelanggan.

1. Emisi gas buang dari proses operasional. Pelaku usaha, di industri e-commerce, misalnya berkolaborasi dengan produsen kendaraan listrik dalam negeri untuk memperkenalkan sepeda motor listrik ramah lingkungan untuk kegiatan pengantaran pesanan pelanggan. Contoh lain adalah berkontribusi dalam pengurangan jejak karbon melalui penanaman ribuan pohon di pada wilayah tertentu.

2. Pengelolaan limbah secara bertanggung jawab. Pelaku usaha dalam industri e-commerce, misalnya harus menyadari bahwa perilaku belanja online berpotensi menghasilkan limbah kemasan. Oleh karena itu,  pelaku usaha dapat menginisiasi program daur ulang, mulai dari sampah plastik, hingga mengubah limbah kardus bekas, misalnya menjadikannya wrapping paper.

Pelanggan juga dapat didorong untuk turut berkontribusi terhadap dampak limbah yang dihasilkan dengan memberikan insentif atas pengembalian sampah kemasan belanjanya.

3. Penggunaan sumber daya ramah lingkungan. Lewat desain gudang penyimpanan yang fokus pada penghematan listrik hingga penggunaan tangki air hujan, perusahaan e-commerce dapat mendorong terciptanya operasional yang berkelanjutan.

4. Pendidikan dan pelatihan. Pelaku usaha di industri e-commerce dapat memberikan prioritas pada pengembangan kompetensi karyawan melalui pendidikan dan pelatihan dalam berbagai topik mulai dari leadership, teknologi, bisnis, operasional, pengembangan diri, hingga inisiatif program hackathon.

5. Pengembangan masyarakat. Perusahaan e-commerce dapat menggulirkan sejumlah program, seperti program pendidikan yang menguntungkan bagi masyarakat, UMKM, dan komunitas. Program ini juga merupakan dukungan terhadap industri pariwisata yang tergoncang akibat pandemi. Pada aspek ini perusahaan bisa juga mengkurasi ragam produk khusus UMKM asli Indonesia.

6. Pengelolaan data dan perlindungan privasi pelanggan. Upaya ini bertujuan untuk membangun kepercayaan para pemangku kepentingan dengan menjunjung tinggi etika bisnis, kepatuhan, dan memastikan pengelolaan data dan privasi melalui keunggulan sistem teknologi sesuai dengan standar sertifikasi dan praktik terbaik.

Sebagai penutup, lonjakan adopsi ESG dalam industri konsumen sebaiknya jadi katalis untuk berubah, dengan pelanggan sebagai fokusnya. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ESG di seluruh operasinya, pelaku usaha dapat menciptakan perubahan di industri, memenuhi kebutuhan konsumen, sekaligus berkontribusi terhadap masa depan berkelanjutan.

Dalam perubahan paradigma ini, ESG bukan sekadar pilihan, melainkan langkah strategis yang menjadi kunci kesuksesan jangka panjang dan dampak lingkungan,sosial dan tata kelola yang positif.

.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper