Pengembalian Frekuensi Disebut Jadi Hambatan dalam Merger Smartfren (FREN)-XL Axiata (EXCL)

Crysania Suhartanto
Rabu, 6 September 2023 | 18:40 WIB
Pemandangan daratan dan lautan dari atas menara telekomunikasi yang dimiliki oleh PT Solusi Tunas Pramata Tbk. Sektor telekomunikasi yang moncer selama pandemi covid-19 membuat perusahaan yakin target pendapatan hingga akhir tahun bisa tumbuh 9-10 persen./stptower.com
Pemandangan daratan dan lautan dari atas menara telekomunikasi yang dimiliki oleh PT Solusi Tunas Pramata Tbk. Sektor telekomunikasi yang moncer selama pandemi covid-19 membuat perusahaan yakin target pendapatan hingga akhir tahun bisa tumbuh 9-10 persen./stptower.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat telekomunikasi menilai kepastian spektrum frekuensi menjadi tantangan bagi merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN), jika benar terealisasi.

Selama ini perusahaan yang bergabung cenderung mengembalikan sebagian spektrum yang digunakan kepada pemerintah. Dalam kasus merger Indosat dan Tri, keduanya mengembalikan 2x5 MHz di pita 2,1 GHz kepada pemerintah.

Saat ini XL Axiata mengoperasikan 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G. 

Sementara Smartfren mengoperasikan 11 MHz untuk uplink dan 11 MHz untuk downlink di pita 800 MHz, dan 40 MHz di pita 2,3 GHz.

Jumlah tersebut jauh di bawah Indosat dan Telkomsel yang masing-masing sebesar 145 MHz+50 MHz dan 135 MHz.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan frekuensi menjadi salah satu tantangan dalam penggabungan kedua perusahaan telekomunikasi tersebut. 

Dia mempertanyakan masa depan dari frekuensi yang digunakan oleh Smartfren dan XL Axiata apakah Kemenkominfo memberikan semua frekuensi yang akan dialokasikan untuk XL dan Smartfren, atau mengambil sebagian. 

“Apakah Kemenkominfo dan operator lain dapat menerima merger ini dan memiliki semua frekuensi yang sekarang dialokasikan untuk  XL dan Smarfren,” kata Heru, Rabu (6/9/2023).

Kemudian tantangan lainnya adalah terkait konsolidasi internal pascamerger. Dalam kasus Indosat dengan Tri Indonesia, menurutnya, hingga saat ini proses konsolidasi masih dilakukan. 

Heru mengatakan merger baik bagi industri telekomunikasi. Dengan adanya empat pemain telekomunikasi seluler sebenarnya masih dapat diterima. Namun, memang jika hanya ada tiga operator, persaingan bisnis akan menjadi lebih baik.

“Jika ada rencana merger XL Axiata dan Smartfren ya ini akan membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat,” ujar Heru.

Lebih lanjut, aksi korporasi ini juga akan berdampak baik pada kinerja kedua perusahaan. Menurut Heru, Smartfren memang ada kebutuhan untuk merger, mengingat secara pangsa pasar Smartfren masih kalah jika dibandingkan dengan operator lainnya.

Smartfren tengah mengejar pertumbuhan pelanggan hingga 38 juta pelanggan pada 2023. Jumlah tersebut relatif masih kecil atau hampir seperlima dari total pelanggan Telkomsel sebagai pemimpin pasar yang mencapai sekitar 150 jutaan. 

Sebagai informasi, XL Axiata dan Smartfren dikabarkan kembali melakukan pembicaraan yang mengarah ke merger kedua perusahaan.

Dikutip dari Bloomberg, pihak XL Axiata dengan Smartfren tengah bekerjasama dengan penasihat untuk membantu mempertimbangkan potensi transaksi. Adapun selain merger, opsi lain yang dipertimbangan adalah perjanjian berbagi jaringan serta kemitraan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper