Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah smartphone global yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan 10 persen secara tahunan pada semester I/2023, dengan penurunan terdalam terjadi untuk hape merek Vivo dan realme.
Laporan Monthly Indonesia Smartphone Tracker dari perusahaan riset teknologi Counterpoint menemukan hal ini diakibatkan oleh lima dari enam merek ponsel yang paling laku di pasaran mengalami penurunan jumlah impor.
Diketahui, VIVO mengalami penurunan terbesar dengan 32 persen, disusul realme sebesar 22 persen, kemudian Xiaomi sebesar 12 persen, Samsung 11 persen, dan OPPO sebesar 2 persen.
Adapun merek ponsel yang tidak mengalami penurunan jumlah impor hanyalah Infinix dengan kenaikan hingga 17 persen.
Menurut laporan tersebut, hal ini dikarenakan Infinix yang kian agresif dalam melakukan pemasaran. Selain itu, produk-produk barunya seperti seri Note 30, seri Hot 30, dan seri Smart 7 juga makin kencang melaju di pasaran.
Lebih lanjut, laporan tersebut mengungkapkan bahwa OPPO telah berhasil menggeser Samsung sebagai jumlah ponsel yang paling banyak dikirim di Indonesia.
Diketahui, pangsa pasar impor OPPO sudah berada di angka 21 persen, naik dua persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara Samsung hanya mengisi 19 persen dari total ponsel yang dikirimkan atau turun sebesar 1 persen dari tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan OPPO yang kian melanjutkan kampanye dan pemasaran yang agresif. Selain itu, model yang dirilis pada kuartal sebelumnya, yakni seri Reno8T dan Find N2 Flip juga masih laku di pasaran dan menambah performa perusahaan di kuartal ini.
Memang, dari sisi Samsung juga ada Galaxy A04 yang menjadi favorit masyarakat. Namun, peningkatan ini masih belum sebanding dengan peningkatan yang dilakukan OPPO.
Analis senior Febriman Abdillah mengatakan perubahan impor ini diakibatkan oleh iklim makro ekonomi saat ini yang masih belum kunjung membaik.
Alhasil, daya beli masyarakat akan tergerus dan harga akan menjadi hal yang semakin dipertimbangkan sebelum membeli sebuah ponsel.
Öleh karena itu menurut Febriman, hal ini harus disiasati para pelaku industri dengan memberikan penawaran yang menarik agar dapat tetap menggaet pelanggan baru.
“Memberikan insentif pada konsumen, seperti diskon, penawaran paket, bonus, skema tukar tambah, dapat menjadi salah satu pilihan untuk menjaga daya tarik pasar,” ujar Febriman dalam laporan tersebut, dikutip Jumat (1/9/2023).