Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menduga strategi Sea Ltd meningkatkan investasi di Shopee bertujuan untuk mempertahankan pasar di tengah agresivitas TikTok, dengan live shopping-nya, di Asia Tenggara.
Diketahui, TikTok makin agresif dalam mengembangkan layanan e-commerce. Pada Juni 2023, CEO Tiktok Shou Zi Chew menyatakan perusahaan akan menginvestasikan miliaran dolar di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.
Belum lama ini TikTok juga dikabarkan tengah mengurus perizinan untuk meluncurkan kanal pembayaran, yang ujungnya diperkirakan melahirkan dompet digital seperti ShopeePay dan Gopay.
Mengenai hal tersebut, Pengamat sekaligus peneliti Indef Nailul Huda mengatakan Sea berusaha menjaga pasar Shopee dari agresivitas TikTok.
Selain itu investasi besar juga untuk memperkuat Shopee dalam bersaing dengan sejumlah e-commerce lokal yang masih menganggarkan dananya untuk promosi besar-besaran.
“Lebih ke bersaing dengan TikTok di live shopping-nya karena Shopee juga mengandalkan live shopping. Beberapa di antaranya [e-commerce kompetitor] juga melakukan efisiensi karyawan dan uangnya dialihkan untuk bakar uang guna memberikan promo ke konsumen,” ujar Huda pada Bisnis, Senin (21/8/2023).
Huda mengatakan dengan strategi yang ditempuh Shopee, posisi Shopee sebagai pemimpin pasar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, akan tetap terjaga kendati persaingan makin ketat. Hal ini dikarenakan dengan strategi marketing ‘membakar uang’ untuk promosi secara digital.
Menurut Huda, strategi ini sangat memanfaatkan karakter masyarakat Indonesia yang masih price oriented consumer. Artinya, harga masih menjadi faktor utama dalam pembelian.
Huda berpendapat, hal inilah yang masih menjadi keunggulan Shopee jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
“Adanya promo juga menjadikan masyarakat memilih Shopee untuk berbelanja secara live ketimbang di TikTok maupun channel live shopping lainnya,” ujar Huda.
Selain itu, keunggulan Shopee juga tidak terlepas dari banyaknya perusahaan yang sudah mulai berpikir untuk menghasilkan profit dan merasa memiliki kewajiban untuk memberikan keuntungan bagi investor dan kinerjanya dilihat secara terbuka oleh publik.
Huda berpendapat tren promosi e-commerce ke depannya adalah selected promo, yang mana hanya konsumen loyal yang akan mendapatkan promo khusus dari e-commerce. Promosi tidak perlu dilakukan secara besar-besaran sehingga mengganggu langkah perusahaan untuk mengapai profit.
Sebagai informasi, berdasarkan catatan Bisnis, saat e commerce lokal seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli masih melakukan efisiensi bisnis, Shopee justru memacu belanja perusahaan dengan besar-besaran.
CEO Shopee Sea Limited, Forrest Li mengatakan perusahaan telah memulai dan melanjutkan investasi dalam menumbuhkan bisnis e commerce. Hal ini terbukti dengan kucuran anggaran yang cukup besar untuk mengembangkan kanal live streaming, short video, hingga program affiliate.
Momentum Works, perusahaan riset pasar teknologi yang bermarkas di Singapura, melaporkan bahwa pada 2022 Shopee menguasai seluruh pasar e-commerce Asia Tenggara seperti di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam dan Thailand.
Dominasi Shopee sangat kuat di negara-negara tersebut, kecuali di Indonesia. Shopee mendapat perlawanan kuat dari Tokopedia, platform dagang el GOTO Group. Shopee menguasai 36 persen pangsa pasar Tanah Air, sementara Tokopedia menguasai 35 persen pangsa pasar.
Adapun pada kuartal II/2023 biaya pemasaran dan penjualan Shopee meningkat sebesar 23 persen secara kuartalan atau quartal to quartal (QtQ) menjadi US%493,6 juta.