10 Tanda Badai Matahari Hampir Mencapai Puncak Meledaknya

Kresensia Kinanti
Senin, 26 Juni 2023 | 19:24 WIB
Bumi dan Matahari/codepen
Bumi dan Matahari/codepen
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan awalnya percaya bahwa puncak maksimum badai matahari berikutnya kemungkinan akan tiba pada tahun 2025.

Namun, secara mengejutkan, para ahli mengungkapkan bahwa maksimum matahari mungkin akan tiba lebih cepat dan lebih aktif dari perkiraan sebelumnya.

Dari jumlah bintik matahari yang terus meningkat hingga struktur plasma yang aneh dan badai matahari yang sangat besar.

Berikut ini adalah 10 tanda bahwa maksimum matahari lebih dekat dari yang diperkirakan.

1. Meningkatnya jumlah bintik matahari

Cara utama para ilmuwan melacak perkembangan siklus matahari adalah dengan menghitung jumlah bintik matahari di permukaan bintang tempat tinggal kita. Bintik-bintik gelap ini merupakan tanda bahwa medan magnet matahari semakin kusut, yang berarti aktivitas matahari meningkat.

Jumlah bintik matahari yang teramati telah melampaui prediksi selama 27 bulan berturut-turut. Lonjakan bintik matahari pertama terjadi pada bulan Desember 2022, ketika matahari mencapai puncak bintik matahari delapan tahun. Dan pada Januari 2023, para ilmuwan mengamati bintik matahari dua kali lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh NASA dan NOAA.

2. Frekuensi flare kelas X

Suar matahari atau suar surya adalah kilatan cahaya terang dan radiasi yang dilepaskan dari bintik matahari. Sesekali disertai dengan awan partikel bermagnet yang sangat besar dan bergerak cepat, dikenal sebagai lontaran massa korona (CME).

Suar matahari yang paling kuat adalah kelas X, yang merupakan jenis paling jarang terjadi, diikuti oleh kelas M dan C. Ketiganya lebih sering terjadi selama maksimum matahari.

Melansir SpaceWeatherLive.com, jumlah total suar kelas X, kelas M, dan kelas C melonjak. Pada tahun 2021, ada sekitar 400 suar, tahun 2021 ada sekitar 2.200 suar, dan sejauh ini pada tahun 2023, sudah ada sekitar 1.500 suar.

3. Bombardir badai geomanetik

Badai geomagnetik adalah gangguan pada medan magnet bumi yang disebabkan oleh CME atau angin matahari yang menghantam atmosfer bagian atas. Badai ini sering memicu tampilan aurora yang semarak.

Badai geomagnet terbagi dalam empat kelas, dari yang paling lemah, G1, hingga yang paling parah, G4. Badai G3 dan G4 dapat menyebabkan pemadaman radio yang menyelimuti separuh planet ini selama beberapa jam dan menyebabkan masalah bagi satelit di orbit rendah Bumi.

Dilansir dari SpaceWeatherLive.com, sejauh ini pada tahun 2023, dua badai G3 dan tiga badai G4 telah membombardir bumi. Sebagai konteks, hanya ada dua badai G3 dan tidak ada badai G4 pada tahun 2022 dan hanya satu badai G4 pada tahun 2021.

Salah satu badai tahun 2023, yang terjadi pada tanggal 24 Maret, merupakan badai geomagnetik paling kuat yang menghantam Bumi dalam lebih dari enam tahun terakhir dan memicu aurora di lebih dari 30 negara bagian AS, serta fenomena optik yang tidak biasa, termasuk fenomena mirip aurora STEVE di AS dan busur berwarna merah darah, yang dikenal sebagai busur merah aurora yang stabil (stable auroral red arc/SAR), di Denmark.

4. Temperatur termosfer meningkat

Peningkatan badai geomagnetik juga menyebabkan suhu meningkat tajam di termosfer, yaitu lapisan tertinggi kedua di atmosfer.

Melansir Live Science, para ahli mengatakan bahwa molekul-molekul gas di termosfer menyerap kelebihan energi badai, lalu memancarkan energi tersebut sebagai radiasi inframerah lalu mendinginkan termosfer kembali. Namun tahun ini, gas tidak memiliki kesempatan untuk mendingin karena badai datang beruntun.

Termosfer secara alami menghangat dan mendingin seiring dengan siklus matahari. Namun, suhu puncak yang terjadi pada bulan Maret merupakan yang tertinggi selama hampir 20 tahun. Ini adalah tanda kuat bahwa siklus matahari saat ini lebih aktif daripada siklus sebelumnya.

Ketika termosfer menghangat, ia juga mengembang dan dapat menciptakan tarikan tambahan bagi satelit di orbit rendah Bumi kemudian menariknya keluar dari posisinya. Hal ini meningkatkan kemungkinan satelit bertabrakan atau jatuh dari orbitnya saat matahari maksimum.

5. Gambar gerhana matahari yang mengejutkan

Pada tanggal 20 April, "gerhana hibrida" langka terjadi di langit atas Australia, yang memberikan kesempatan bagi para pengamat untuk melihat korona matahari, bagian terluar atmosfer bintang, yang menyembul dari balik bulan di langit yang gelap.

Selama gerhana berlangsung, sekelompok fotografer mengambil gambar komposit yang menakjubkan, terdiri dari ratusan bidikan peristiwa tersebut. Foto itu menunjukkan filamen hantu korona, yang jauh lebih besar dari yang mereka perkirakan. Ini adalah tanda lain bahwa matahari lebih dekat ke matahari maksimum daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Untuk lebih menyoroti keadaan matahari yang sedang gelisah, bintang ini juga memuntahkan CME yang besar saat gerhana berlangsung, yang terlihat jelas dalam gambar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper