Badai Matahari Hantam Bumi, Muncul Retakan di Medan Magnet

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 8 November 2022 | 13:55 WIB
Gambar lubang korona 13 Maret 2019. /Instagram @lapan_ri
Gambar lubang korona 13 Maret 2019. /Instagram @lapan_ri
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pada 3 November, badai matahari menerjang bumi dan menyebabkan retakan di medan magnet Bumi.

Lubang yang dihasilkan memungkinkan partikel energi untuk menembus jauh ke dalam atmosfer planet dan memicu aurora merah muda yang sangat langka.

Aurora tersebut terlihat dari langit di atas Norwegia setelah badai matahari menghantam Bumi dan merobek lubang di medan magnet planet.

Pertunjukan cahaya yang menakjubkan itu terlihat pada 3 November sekitar pukul 6 sore. waktu setempat dan berlangsung selama sekitar 2 menit, demikian dilansir dari Live Science.

Aurora terbentuk ketika aliran partikel bermuatan sangat energik, yang dikenal sebagai angin matahari, melewati magnetosfer.

Medan magnet planet melindungi kita dari radiasi kosmik, tetapi perisai itu secara alami lebih lemah di Kutub Utara dan Selatan, yang memungkinkan angin matahari menembus atmosfer, biasanya antara 62 dan 186 mil (100 dan 300 kilometer) di atas permukaan bumi.

Saat partikel matahari melewati atmosfer, mereka memanaskan gas, yang kemudian bersinar terang di langit malam, menurut NASA.

Aurora paling sering tampak hijau, karena atom oksigen, yang berlimpah di bagian atmosfer yang biasanya dicapai oleh angin matahari, memancarkan rona itu ketika mereka bersemangat. Namun, selama badai matahari baru-baru ini, retakan di magnetosfer Bumi memungkinkan angin matahari menembus di bawah 62 mil, di mana nitrogen adalah gas yang paling melimpah, menurut Spaceweather.com

Akibatnya, aurora mengeluarkan cahaya merah muda neon saat partikel supercharged sebagian besar menabrak atom nitrogen.

Namun, para ahli tidak yakin apakah fenomena yang tidak biasa ini adalah jenis aurora yang belum pernah dilihat sebelumnya yang disebabkan oleh magnetosfer yang terganggu, atau apakah itu hasil dari sesuatu yang lain.

Seorang ahli menyarankan bahwa pita itu mungkin terbuat dari bahan bakar beku dari roket Rusia, tetapi tidak ada roket yang terlihat di daerah itu, menurut Spaceweather.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper