Bisnis.com, JAKARTA - Gelombang kejut misterius dari embusan angin matahari atau badai matahari telah mengirimkan rentetan material berkecepatan tinggi yang menabrak medan magnet Bumi, dan membuka celah di magnetosfer. Rentetan plasma itu dapat menyebabkan badai geomagnetik, menurut spaceweather.com dilansir dari Livescience.
Kejadian tersebut terjadi pada 19 Desember 2022 kemarin.
Asal-usul gelombang kejut tersebut, tidak diketahui secara pasti, tetapi para ilmuwan berpikir itu bisa berasal dari lontaran massa koronal yang diluncurkan oleh bintik matahari AR3165.
Ini merupakan daerah di permukaan matahari yang melepaskan setidaknya delapan jilatan api matahari pada 14 Desember, menyebabkan pemadaman radio singkat di atas Samudra Atlantik.
Bintik matahari adalah area di permukaan matahari di mana medan magnet yang kuat, yang diciptakan oleh aliran muatan listrik, membentuk simpul sebelum tiba-tiba patah. Pelepasan energi yang dihasilkan meluncurkan semburan radiasi yang disebut semburan matahari, atau semburan bahan matahari yang disebut coronal mass ejections (CMEs).
Setelah diluncurkan, CME bergerak dengan kecepatan jutaan mil per jam, menyapu partikel bermuatan dari angin matahari untuk membentuk muka gelombang gabungan raksasa yang (jika mengarah ke Bumi) dapat memicu badai geomagnetik.
Badai geomagnetik terjadi ketika puing-puing matahari yang energik (kebanyakan terdiri dari elektron, proton, dan partikel alfa) diserap oleh, dan selanjutnya memampatkan, medan magnet bumi. Partikel matahari menembus atmosfer dekat kutub di mana medan magnet pelindung Bumi paling lemah dan mengaduk molekul oksigen dan nitrogen menyebabkan mereka melepaskan energi dalam bentuk cahaya untuk membentuk aurora berwarna-warni seperti cahaya utara.
Badai juga dapat membuat retakan di magnetosfer yang tetap terbuka selama berjam-jam, memungkinkan beberapa materi matahari mengalir dan mengganggu satelit, komunikasi radio, dan sistem tenaga.
Syukurlah potensi badai kemarin, diprediksi menjadi kelas G-1, atau cukup lemah. Ini dapat menyebabkan fluktuasi kecil pada jaringan listrik dan mengganggu beberapa fungsi satelit termasuk untuk perangkat seluler dan sistem GPS. Itu juga bisa menyebabkan aurora muncul sejauh selatan Michigan dan Maine.
Badai geomagnetik yang lebih ekstrim, dapat memiliki efek yang jauh lebih serius. Mereka tidak hanya dapat membengkokkan medan magnet planet kita dengan cukup kuat untuk mengirim satelit jatuh ke Bumi, tetapi juga dapat mengganggu sistem kelistrikan dan bahkan melumpuhkan internet.
Para astronom telah mengetahui sejak 1775 bahwa aktivitas matahari naik dan turun dalam siklus, tetapi baru-baru ini, matahari menjadi lebih aktif dari yang diperkirakan, dengan munculnya bintik matahari hampir dua kali lipat yang diprediksi oleh National Oceanic and Atmospheric Administration.
Para ilmuwan mengantisipasi bahwa aktivitas matahari akan terus meningkat selama beberapa tahun ke depan, mencapai maksimum keseluruhan pada tahun 2025 sebelum menurun lagi.
Badai matahari terbesar dalam sejarah baru-baru ini adalah Peristiwa Carrington 1859, yang melepaskan energi yang kira-kira sama dengan 10 miliar bom atom 1 megaton. Setelah menabrak Bumi, aliran kuat partikel matahari menggoreng sistem telegraf di seluruh dunia dan menyebabkan aurora yang lebih terang dari cahaya bulan purnama muncul hingga ke selatan Karibia.
Jika peristiwa serupa terjadi hari ini, para ilmuwan memperingatkan hal itu akan menyebabkan kerusakan senilai triliunan dolar, memicu pemadaman listrik yang meluas, dan membahayakan ribuan nyawa. Badai matahari sebelumnya pada tahun 1989 melepaskan semburan gas satu miliar ton yang menyebabkan pemadaman listrik di seluruh provinsi Quebec di Kanada, NASA melaporkan.