Nestapa Kapal Selam Titanic, Banjir Kritik dan Tanpa GPS

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 24 Juni 2023 | 12:05 WIB
Kapal Selam Wisata Titanic/dok. Tangkapan layar Instagram.
Kapal Selam Wisata Titanic/dok. Tangkapan layar Instagram.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kabar soal meledaknya kapal selam wisata Titanic karena tekanan air terus menjadi perbincangan di dunia. 

Sementara itu, publik pun kian dibuat penasaran, bagaimana sebenarnya isi kapal selam tersebut dan teknologi apa yang digunakan sehingga dapat hilang kontak dan tenggelam. Alhasil, sejumlah pihak membeberkan bagaimana pengalamannya 

Melansir dari CBS, sang pilot Stockton Rush yang berada di dalam kapal selam tersebut mengatakan memang benar Titan dirancang dengan cara yang sederhana dan tangguh

“Kapal ini dirancang agar bisa digunakan oleh seorang remaja 16 tahun,” jelas mendiang bos OceanGate pada CBS pada wawancara 2022 lalu.

Di sana, dia memperlihatkan sejumlah pengontrol  yang ditempatkan di sekitar kabin kecil Titan. Lalu, Rush menyebut beberapa pengontrol cadangan disimpan di dalam kapal selam sebagai jaga-jaga.

Tidak Ada Sistem GPS

Kapal selam ini dilengkapi dengan tujuh sistem cadangan untuk kembali ke permukaan, termasuk kantong pasir dan pipa timah yang dapat dilepaskan serta balon pengembang. Namun, kapal selam ini tidak dilengkapi dengan sistem GPS. 

Sebagai gantinya, kapal selam menggunakan Starlink milik Elon Musk yang dikirimkan melalui pesan teks singkat untuk berkomunikasi dengan tim pelacak di kapal induknya, MV Polar Prince

Hanya Ada Satu Toilet

Dalam kapal selam tidak ada kursi dan hanya terdapat satu toilet - sebuah kotak hitam kecil yang berisi kantong Ziploc - dengan tirai hitam yang ditutup untuk memberikan privasi. 

Situs web perusahaan juga merekomendasikan untuk membatasi makanan sebelum dan selama penyelaman untuk mengurangi kemungkinan penggunaan fasilitas toilet.

Full Logam dan Kondisinya Sangat Dingin dan Sempit

inding kapal selam pun harus dipanaskan lebih dulu karena kondisi di dalamnya dapat menjadi sangat dingin. 

Salah satu pelanggan pertama perusahaan tersebut pun menyebut penyelaman ke bangkai kapal Titanic sebagai “operasi kamikaze” lantaran tindakan tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi.

Dia menjelaskan kapal selam tersebut berbentuk tabung logam beberapa meter dengan lantai yang juga dari selembar logam.  Tidak mungkin untuk berdiri atau berlutut, dan semua orang duduk sangat dekat satu sama lain atau di atas satu sama lain. 

Dia menekankan kondisi di dalam kapal selam sangat sempit dan tidak cocok untuk orang yang menderita klaustrofobia alias perasaan takut atau cemas yang intens terhadap tempat-tempat yang sempit atau terbatas. 

Punya Cahaya yang Terbatas

Dia pun menjelaskan, selama proses yang memakan waktu sekitar 2,5 jam untuk penurunan dan kenaikan ke dasar laut maupun ke permukaan, lampu dalam kapal selam bakal dimatikan untuk menghemat energi. 

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan daya baterai yang terbatas dalam kapal selam. Sebagai pengganti lampu, satu-satunya sumber pencahayaan yang digunakan adalah stik cahaya fluoresen.

Namun, penyelaman tersebut mengalami penundaan berulang kali karena masalah dengan baterai dan bobot penyeimbang kapal selam. 

Sejak 2018 Kapal Selam Titan Alami Kritik Keras

Sejumlah bukti ini sebenarnya juga sudah menjadi indikasi bahwa kapal selam tersebut menghadapi tantangan teknis dan mungkin tidak sepenuhnya siap atau dapat diandalkan. 

Sementara itu, Direktur Operasi Kelautan OceanGate, David Lochridge sebenarnya sudah memperingatkan dengan menyatakan pengujian dan sertifikasi perusahaan tersebut tidak memadai, sehingga bisa membahayakan penumpang

Akan tetapi, perusahaan terus berdalih dan menjelaskan bahwa sosok Lochridge sendiri bukanlah seorang insinyur yang dipekerjakan untuk proyek Titan.

Perusahaan juga menyebut kapal selam yang sedang dikembangkan adalah prototipe, bukan wujud asli Titan yang sekarang hilang.

Marine Technology Society, yang menggambarkan dirinya sebagai "kelompok profesional yang terdiri dari insinyur kelautan, teknolog, pembuat kebijakan, dan pendidik" juga mengungkapkan kekhawatiran pada tahun yang sama dalam surat kepada Rush, CEO OceanGate. 

Dalam dokumen yang dilaporkan pertama kali oleh The New York Times, dia menyebut penting untuk perusahaan mengirimkan prototipenya untuk diuji oleh pihak ketiga yang ahli sebelum diluncurkan demi menjaga keselamatan penumpang.

Sebagai informasi, penumpang lain yang hilang di dalam Titan adalah petualang Inggris, Hamish Harding; warga negara Pakistan, Shahzada Dawood - yang perusahaannya menginvestasikan dana di seluruh negara tersebut - dan putranya, Suleman; serta penjelajah Prancis dan ahli Titanic, Paul-Henry Nargeolet.

Laksamana Muda Robert Murrett, pensiunan Wakil Direktur Institute for Security Policy and Law di Syracuse University pun angkat suara atas insiden ini, di mana ini bisa menjadi ajang refleksi atas sejumlah bahaya untuk sejumlah proyek ekstem, baik itu perairan dalam dan eksplorasi rekreasi laut dan angkasa. 

"Beberapa orang mungkin berpikir karena teknologi modern sangat baik, Anda dapat melakukan hal-hal seperti ini tanpa kecelakaan, tetapi kenyataannya tidak demikian," tutupnya

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper