Bisnis.com, JAKARTA - Pembuat chip asal Amerika Serikat, Intel Corp mengumumkan rencananya untuk menginvestasikan US$25 miliar atau senilai Rp374 triliun untuk pembangunan pabrik baru di Israel.
Dilansir dari Reuters, Senin (19/6/2023), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai investasi internasional terbesar yang pernah ada di negara tersebut.
Pabrik baru ini akan berlokasi di Kiryat Gat dan dijadwalkan akan beroperasi mulai 2027 dengan rencana berkelanjutan hingga 2035.
Pemerintah Israel melaporkan bahwa pabrik tersebut akan menciptakan ribuan lapangan kerja. Sebagai bagian dari kesepakatan, Intel akan membayar tarif pajak sebesar 7,5 persen naik dari 5 persen saat ini, menurut Kementerian Keuangan Israel.
Selama hampir lima dekade beroperasi di Israel, Intel telah menjadi perusahaan swasta dan eksportir terbesar di negara tersebut. Perusahaan ini juga merupakan pemimpin dalam industri elektronik dan informasi lokal, sebagaimana dilaporkan di situs web resmi perusahaan.
Pada 2017, Intel mengakuisisi perusahaan berbasis di Israel, Mobileye Global Inc (MBLY.O), yang mengembangkan sistem bantuan pengemudi yang canggih, dengan harga US$15 miliar atau Rp374 triliun. Intel kemudian membawa Mobileye ke pasar saham pada tahun lalu.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi kepada kabinetnya, Perdana Menteri Netanyahu menyambut baik kesepakatan ini dan menyebutnya sebagai "pencapaian luar biasa bagi ekonomi Israel - sebesar 90 miliar shekel (US$25 miliar) merupakan investasi terbesar yang pernah dilakukan oleh perusahaan internasional di Israel."
Intel juga mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa operasinya di Israel telah memainkan peran penting dalam kesuksesan global perusahaan.
Mereka menyebut niat mereka untuk memperluas kapasitas produksi di Israel sebagai komitmen untuk memenuhi kebutuhan produksi di masa depan, dan mengapresiasi dukungan berkelanjutan yang diberikan oleh pemerintah Israel.