Bisnis.com, JAKARTA - Pendanaan modal ventura ke perusahaan rintisan (startup) di Indonesia menunjukkan penurunan pada kuartal I/2023.
Berdasarkan data SE Asia Deal Review: Q1 2023, pendanaan startup Indonesia pada kuartal I/2023 turun 41 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) dan 55 persen tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$432,64 juta atau sekitar Rp6,36 triliun.
Adapun, penurunan ini pun terjadi secara garis besar. Pendanaan di Asia Tenggara juga mengalami penurunan 25 persen qtq dan 52 persen yoy menjadi US$2,08 miliar. Pendanaan terbanyak di Asia Tenggara pun masih dipegang oleh Singapura dengan total pendanaan US$956,8 juta atau berkontribusi 46 persen pada pendanaan di Asia Tenggara.
Kedua, ada Thailand (25,5 persen) dengan total pendanaan US$530,4 juta dan Indonesia di posisi ketiga dengan pendanaan US$432,64 juta atau berkontribusi 20,8 persen.
Selanjutnya, ada Vietnam (4,6 persen) sebanyak US$5,68 juta. Kelima, ada Filipina berkontribusi 2 persen dengan nilai US$41,6 juta. Terakhir, ada Malaysia dengan pendanaan US$22,88 juta atau 1,1 persen.
Adapun, secara global pendanaan terhadap perusahaan rintisan atau startup hanya mencapai 7.024 kesepakatan.
Berdasarkan data dari CB Insights, Minggu (30/4/2023), total pendanaan modal ventura yang terealisasi pada kuartal I/2023 sebesar US$58,6 miliar dengan 7.024 kesepakatan.
Nilai ini pun turun 12,67 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV/2022 total pendanaan modal ventura mencapai US$67,1 miliar dengan 7.986 kesepakatan.
Amerika Serikat pun menjadi wilayah dengan pendanaan terbanyak atau sebanayk 55 persen pada kuartal I/2023 ini. Total pendanaan mencapai US$32,5 miliar dengan 2.532 kesepakatan.
Selain itu. diikuti oleh Asia dengan nilai US$12,5 miliar dengan 2.399 kesepakatan. Selanjutnya, Eropa berhasil meraih pendanaan modal ventura senilai US10,4 miliar dengan 1.608 kesepakatan.