Bisnis.com, JAKARTA - Biodiversitas, nuklir, dan antariksa merupakan pilar-pilar terpenting yang sangat berperan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mendorong negara-negara Asean untuk melakukan kolaborasi dalam bidang riset dan pemanfaatan sumber daya yang ada di dalamnya.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelaskan melalui kolaborasi riset dan pemanfaatan sumber daya yang ada, tiap-tiap negara dapat saling belajar dan memperkuat keahlian mereka dalam bidang-bidang yang saling berkaitan.
Hal ini dapat menghasilkan inovasi baru yang dapat meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
“Kami mendorong penguatan kapasitas riset dan pemanfaatan biodiversitas melalui kolaborasi secara global,” ucapnya saat Konferensi Pers di BRIN, Minggu (7/5/2023).
Menurut Handoko, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan memiliki ribuan spesies flora dan fauna yang hanya ditemukan di Indonesia.
Pasalnya, keanekaragaman hayati ini memberikan peluang besar bagi sektor pariwisata dan farmasi, serta memberikan potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan dan bahan baku industri.
Handoko pun turut menjelaskan, saat ini teknologi nuklir pun gencar dikembangkan, lantaran hal tersebut memiliki banyak potensi dalam mendukung pengembangan di bidang kesehatan.
"Penggunaan teknologi nuklir genomics dan stem cell dapat memberikan manfaat dalam bidang kesehatan dengan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit genetik, penemuan target terapeutik baru, dan pengembangan terapi yang lebih efektif," ungkapnya.
Dia mencontohkan, teknologi pemetaan genom dengan nuklir melibatkan penggunaan radiasi ionizing untuk memetakan struktur genomik suatu organisme.
Radiasi ini dapat memecah DNA menjadi fragmen-fragmen kecil yang kemudian dapat dianalisis untuk memetakan urutan DNA individu dan mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan risiko penyakit tertentu. Hal ini dapat membantu dalam pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit genetik.
“Tidak hanya fokus pada bidang riset biodiversitas atau ilmu hayati dan teknologi nuklir, kita juga eksplorasi antariksa dengan penginderaan jarak jauh, bioengineering, dan bioinformatics juga diperlukan," tambahnya
Handoko menambahkan, selain fokus di bidang riset biodiversitas, nuklir, bioengineering dan bioinformatics, dengan adanya tantangan global seperti perubahan iklim, krisis energi, dan krisis kesehatan, situasi ini kian memerlukan solusi yang holistik dan kolaboratif.
“Teknologi antariksa diperlukan juga untuk memonitor dan mengamati lingkungan bumi, serta memberikan kontribusi bagi bidang komunikasi dan teknologi informasi, katanya pada Bisnis.
BRIN Berikan Penghargaan kepada Sejumlah Periset Berprestasi
Dalam menjalankan tugasnya, BRIN telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kolaborasi riset dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 sebagai turunan UU Nomor 11 Tahun 2019 pasal 48 mengamanatkan BRIN sebagai lembaga yang menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.
Peraturan tersebut memutuskan semua badan penelitian nasional Indonesia seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bergabung menjadi BRIN.
“Kita sadari, walaupun telah berjalan selama dua tahun, perubahan menuntut komitmen yang kuat, keteguhan, dan persistensi seluruh sivitas BRIN tanpa kecuali. Tiga hal inilah yang menjadi kekuatan dalam unifikasi multi entitas,” katanya.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan, BRIN ada untuk seluruh periset di Indonesia, baik dari kalangan akademisi maupun industri.
“BRIN adalah milik kita semua, untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional agar mampu berkompetisi, sekaligus berkolaborasi dengan kompetitor dan mitra global,” tegasnya.
Handoko mengulas, pada 2022, sembari menuntaskan proses integrasi yang masih tersisa, BRIN telah mengeksekusi secara penuh seluruh program penguatan ekosistem, yaitu penyediaan infrastruktur riset dan inovasi yang terbuka bagi semua pihak.
Sepanjang 2022, peningkatan produktivitas periset sangat nyata. 560-an kekayaan intelektual baru telah didaftarkan, 3.000-an publikasi terindeks global telah diterbitkan dengan dampak 26.000-an sitasi. Capaian berdampak lain adalah telah diperoleh 58 lisensi dan alih teknologi ke 350 mitra.
Plt. Deputi Bidang SDM Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra, mengatakan, Penghargaan Periset BRIN Tahun 2023 merupakan penghargaan yang diberikan kepada para periset dengan capaian output tertinggi, meliputi Hasil Kerja Minimal (HKM), Keluaran Kinerja Minimal (KKM), dan rekam jejak risetnya yang berada di masing-masing Pusat Riset.
“Capaian output tertinggi dihitung dengan akumulasi luaran selama setahun pada 2022,” jelasnya.
Edy menurutkan Penghargaan Periset BRIN diselenggarakan setiap tahun sebagai rangkaian HUT BRIN.
Pemberian penghargaan bertujuan mendorong dan memotivasi para periset BRIN untuk memiliki rekam jejak riset yang baik, dan lebih meningkatkan produktivitas berbasis output, dengan akumulasi output tahun terakhir.
Adapun kategori Penghargaan Periset BRIN meliputi 12 Organisasi Riset yang ada di lingkungan BRIN, yakni riset terkait penerbangan dan antariksa; tenaga nuklir; energi dan manufaktur; kebumian dan maritim; hayati dan lingkungan; elektronika dan informatika; Ilmu pengetahuan sosial humaniora; arkeologi, bahasa, dan sastra; kesehatan; nanoteknologi dan material; pertanian dan pangan; tata kelola pemerintahan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, BRIN akan mengumumkan Anugerah Kekayaan Intelektual Tahun 2023. Anugerah Kekayaan Intelektual diberikan kepada periset di lingkungan BRIN berdasarkan capaian nilai royalti tertinggi secara akumulatif satu tahun pada 2022