Bisnis.com, JAKARTA - International Business Machines Corp atau IBM bakal menyetop rekrutmen pekerja untuk sekitar 7.800 pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi AI.
CEO IBM Arvind Krishna mengatakan pihaknya akan menangguhkan rekrutmen untuk divisi back office atau yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM).
Dia menambahkan, 30 persen dari 26.000 tenaga kerja IBM yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan akan segera diotomatisasi dalam lima tahun mendatang.
Lantas, seperti apa perjalanan bisnis dari IBM ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
IBM (International Business Machines Corporation) adalah perusahaan teknologi Amerika Serikat yang terkenal dan terkenal di seluruh dunia.
Perusahaan ini didirikan pada 1911 oleh Charles Ranlett Flint, seorang pengusaha Amerika yang berpengalaman.
Baca Juga Mengenal 4 Jenis Kecerdasan Buatan AI |
---|
Sebelum mendirikan IBM, Flint terlibat dalam berbagai usaha bisnis di berbagai sektor industri. Pada awalnya, Flint bekerja di Wall Street, kemudian dia pindah ke bidang perdagangan internasional dan menjadi seorang broker.
Pada 1899, dia mendirikan perusahaan perdagangan internasional yang sukses bernama Flint & Company. Dia pun terlibat dalam beberapa perusahaan kecil di bidang peralatan pencatatan dan penghitungan informasi.
Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk International Time Recording Company (ITR) yang didirikan pada 1900 dan Computing Scale Company yang didirikan 1901.
Pada awalnya, ITR memproduksi mesin waktu yang dapat digunakan oleh pekerja untuk mencatat jam kerja mereka.
Sementara itu, Computing Scale Company memproduksi timbangan yang dapat mengukur berat benda dan mengeluarkan tiket dengan berat yang tepat. Namun, pada awal 1900-an, kedua perusahaan tersebut mengalami kesulitan finansial.
Flint kemudian menyadari inti dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis informasi.
Pada 1911, Charles Ranlett Flint mengakuisisi Tabulating Machine Company milik Herman Hollerith dan kemudian menggabungkannya dengan tiga perusahaan lain: International Time Recording Company (ITR), Computing Scale Company, dan Bundy Manufacturing Company.
Dalam upaya untuk membantu perusahaan-perusahaan tersebut tumbuh dan berkembang, Flint menyadari bahwa semuanya berkaitan dengan pengumpulan, pengukuran, dan analisis informasi.
Sampai akhirnya, muncul entitas baru yang berbasis informasi bernama Computing-Tabulating-Recording Company (C-T-R), yang kemudian menjadi cikal bakal IBM.
Pada masa awalnya, IBM berfokus pada produksi mesin hitung dan mesin tabulasi untuk keperluan pemerintahan dan bisnis.
Namun, seiring perkembangan zaman, IBM berkembang menjadi perusahaan teknologi informasi terkemuka di dunia, dan kini memproduksi berbagai macam produk dan layanan seperti perangkat keras, perangkat lunak, solusi cloud, keamanan siber, dan banyak lagi.
IBM juga dikenal sebagai salah satu perusahaan dengan portofolio paten teknologi yang paling banyak di dunia.
Melansir dari Forbes, IBM saat ini terus memiliki kinerja finansial yang stabil dan kuat. Pada 2022, perusahaan ini berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$67,3 miliar atau Rp986,1 triliun.
Selain pendapatan yang tinggi, IBM juga memiliki aset yang besar dengan total mencapai US$133,3 miliar atau Rp1.953 triliun dan laba bersih atau profit yang dicatatkan pada tahun terakhir sebesar US$5,5 miliar atau Rp80,5 triliun.