Bisnis.com, JAKARTA - Foxconn Technology dikabarkan akan melakukan investasi senilai US$820 juta atau Rp 12 triliun untuk tiga tahun untuk pabrik kendaraan listrik di Taiwan. Investasi ini pun dilakukan sebagai cara Foxconn berusaha mendiversifikasi pendapatannya.
Dilansir dari Reuters, Senin (10/4/2023), Foxconn berencana untuk menginvestasikan US$820 juta dalam tiga tahun ke depan untuk pengembangan fasilitas manufaktur baru di Taiwan selatan demi mendukung ambisi kendaraan listrik (EV).
Perusahaan yang secara resmi bernama Hon Hai Precision Industry Co Ltd ini mengatakan bahwa investasi di Kaohsiung akan mencakup pabrik untuk membuat bus listrik dan baterai untuk kendaraan listrik.
Foxconn, pemasok utama Apple Inc dan perakit iPhone, memiliki ambisi besar di pasar kendaraan listrik karena ingin mendiversifikasi basis pendapatannya.
Belum lama ini pun produsen teknologi tersebut berencana menginvestasikan sekitar US$700 juta untuk pabrik baru di India. Keputusan ini sekaligus menjadi peralihan manufaktur dari China, akibat ketegangan antara Washington dan Beijing yang meningkat.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (3/3/2023), perusahaan Taiwan yang juga dikenal dengan unit andalannya Hon Hai Precision Industry Co., berencana membangun pabrik untuk membuat komponen iPhone di lahan seluas 300 hektar yang dekat dengan bandara di Bengaluru, ibu kota negara bagian Karnataka di India Selatan.
Pabrik tersebut juga dapat merakit perangkat Apple, kata beberapa orang, dan Foxconn juga dapat menggunakan situs tersebut untuk memproduksi beberapa suku cadang untuk bisnis kendaraan listriknya yang baru hadir ini.
Investasi tersebut merupakan salah satu pengeluaran terbesar Foxconn hingga saat ini di India dan menggarisbawahi bagaimana China berisiko kehilangan statusnya sebagai produsen elektronik konsumen terbesar di dunia.
Apple dan merek AS lainnya yang mempunyai basis produksi di China, saat ini sedang menjelajahi lokasi alternatif seperti India dan Vietnam. Hal ini juga akibat adanya perang di Ukraina dan Rusia yang mempercepat adanya rantai pasokan global lainnya.