Bisnis.com, SINGAPURA - Permintaan pasar Indonesia untuk layanan berbasis komputasi awan (cloud) bertumbuh sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Poshu Yeung, Senior Vice President of Tencent Cloud International menyebutkan pertumbuhan terjadi di banyak sisi seperti layanan over the top, edutech, hingga kebutuhan untuk industri keuangan. Menurutnya pertumbuhan tinggi akan layanan komputasi awan tidak hanya di Indonesia, namun juga kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia hingga Thailand.
"Di Indonesia kami membangun dua data center," kata Yeung dalam peluncuran hasil riset Asia-Pacific (APAC) Media Service Market Report 2022 di Singapura, Selasa (21/2/2023).
Baca Juga LAPORAN DARI SINGAPURA: Frost & Sullivan Rilis Pertarungan Komputasi Awan, Dikuasai Tencent Cloud |
---|
Dalam catatan perusahaan, Tencent Cloud mulai mengoperasikan pangkalan data pada April 2021. Selanjutnya pada pertengahan 2022, perusahaan telah menghadirkan pusat data kedua.
Layanan awan milik Tencent di Indonesia ini menjangkau perusahaan keuangan seperti Bank Neo Commerce (BBYB), hingga kerja sama dengan Helios Informatika Nusantara untuk melayani industri di Tanah Air dalam mendukung pelanggan menjalankan bisnis berbasis cloud yang stabil.
Komputasi awan (cloud computing) adalah modernisasi bisnis berbasis internet. Layanan ini berfokus memberi berbagai servis bagi pengguna berbasis internet. Contoh penerapannya seperti rapat virtual, pangkalan data, hingga penyediaan perangkat lunak.
Studi dari Frost & Sullivan mencatat bisnis ini terus tumbuh di Asia Pasifik. Dari mulanya bernilai US$372 juta (sekitar Rp565 triliun/kurs Rp15.202) pada 2016, menjadi US$6,98 miliar (Rp106,11 triliun) pada 2026 mendatang.
Riset ini mencatat, lompatan bisnis cloud terbesar di Asia pasifik akan terjadi dalam 4 tahun ke depan dengan compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 27 persen.
Compounded annual growth rate (CAGR) adalah pengukuran pertumbuhan per tahun yang dirata-ratakan dalam periode tertentu. Pengukuran ini digunakan untuk memudahkan perhitungan bagi investor mengukur pertumbuhan bisnis dan perhitungan return on investment yang diraih.
Yeung menyebut saat ini pihaknya telah melayani lebih dari 1 miliar pengguna berbasis komputasi awan. Cakupan ini menjangkau 26 wilayah geografis di lima benua, 70 zona ketersediaan, dengan lebih dari 2.800 node akselerasi.
“Wilayah Asia-Pasifik akan tetap menjadi pasar prioritas kami untuk pertumbuhan bisnis jangka panjang," katanya.
Perusahaan dalam konglomerasi Tencent yang berpusat di Shenzhen, China itu melihat permintaan dari sektor usaha kecil menengah (UKM) maupun langkah sejumlah perusahaan untuk masuk ke era Web3.0 dan Metaverse menjadi fokus yang akan didorong perusahaan.
"Kawasan ini juga merupakan wilayah dengan pelanggan video-on-demand terbanyak,” tambah Yeung menjelaskan peluang yang terbuka lebar untuk bisnis komputasi awan.