Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan induk TikTok ByteDance Ltd dikabarkan akan menghadapi tekanan untuk melakukan divestasi.
Dilansir dari Cnet.com, Selasa (27/12/2022) hal ini dikarenakan beberapa pejabat administrasi di pemerintah Biden khawatir keamanan aplikasi Tiktok. Mereka pun mendorong penjualan operasi AS perusahaan milik China tersebut, untuk memastikan Beijing tidak dapat memanfaatkan aplikasi untuk spionase dan pengaruh politik.
Ide penjualan paksa diangkat dalam diskusi oleh Komite Investasi Asing di AS, dengan perwakilan dari Pentagon dan Departemen Kehakiman mendorong penjualan tersebut.
Di antara kekhawatirannya adalah gagasan bahwa pemerintah China dapat menggunakan TikTok untuk memperoleh informasi tentang pengguna AS serta mendikte konten apa yang ditampilkan atau tidak ditampilkan platform.
Sebagai informasi, saat ini TikTok dimiliki oleh konglomerasi China, ByteDance. Adapun ketika ditanya terkait hal ini pihak ByteDance enggan memberikan tanggapan.
Kekhawatiran keamanan nasional atas TikTok telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah laporan awal bulan ini menyatakan bahwa negosiasi antara pemerintahan Biden dan aplikasi tersebut atas operasinya di AS akan ditunda karena masalah keamanan nasional.
Aplikasi ini telah dilarang digunakan pada perangkat atau jaringan yang dikeluarkan pemerintah di beberapa negara bagian termasuk Virginia dan Georgia , termasuk di beberapa universitas. Hal itu guna mencegah akses pada komputer dan jaringan kampus.
Kekhawatiran atas kepemilikan TikTok dan keamanan nasional bukanlah hal baru. Pada era Trump sebelumnya tidak berhasil mendorong untuk melarang platform media sosial tersebut di AS.
Belum lama ini pun Tiktok menemukan sejumlah karyawan mendapatkan akses ke data sejumlah pengguna di Amerika Serikat secara ilegal. Hal ini mempersulit upaya raksasa teknologi China yang tengah meyakinkan anggota parlemen AS bahwa aplikasinya aman.
"Individu-individu yang terlibat menyalahgunakan wewenang mereka untuk mendapatkan akses ke data pengguna TikTok," kata CEO ByteDance Shou Zi Chew dalam sebuah memo, seperti dilansir Bloomberg, Jumat (23/12/2022).
Akses data tersebut berasal dari penyelidikan internal ByteDance yang berlangsung selama musim panas untuk menemukan sumber kebocoran data.