Bisnis.com, JAKARTA – Status unicorn untuk startup dinilai sudah tidak relevan saat ini, terlebih dengan adanya tech winter di seluruh perusahaan teknologi secara global.
Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan dari sisi modal ventura, saat ini status unicorn atau valuasi perusahaan sudah tidak relevan lagi.
Eddi mengatakan status unicorn tersebut mungkin relevan pada 3 tahun lalu, akan tetapi saat ini startup lebih dilihat dari arah profitabilitas dan keberlanjutannya.
"Saya mau menegaskan kembali sebagai venture capital, jujur yang namanya unicorn atau bukan unicorn sudah tidak penting. Mungkin 3 tahun lalu penting, sekarang yang penting lebih ke arah sustainability," ujar Eddi dalam BUMN Startup Day, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, startup dilihat memiliki potensi profitabilitas jika perusahaan tersebut terus melakukan inovasi dan berhenti membakar uang tanpa ada arah yang jelas.
"Itu kan yang dibakar uang investor, masa startup sudah berumur 12 tahun masih fundraising dari venture capital. Ujung - ujungnya startup harus profitable. Saya tahu startup dari awal nggak mungkin profit langsung, tapi kalau sudah menjajaki tahun ke 5, 7 harus sudah profit atau ada road to profit," jelasnya
Eddi pun mengakui salah satu bentuk pengukuran di industri startup merupakan valuasi, tetapi penilaian itu harus dibarengi dari sisi nilai produk dan jasa yang ditawarkan sehingga terciptanya profit itu akan tercipta.
Sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki sembilan unicorn yaitu DANA, Akulaku, Xendit, Ajaib, Kopi Kenangan, OVO, Kredivo, Tiket.com, dan Blibli.