Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian baru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) di AS telah menemukan bahwa konsentrasi bahan kimia berbahaya yang merusak lapisan ozon telah turun.
Pada awal 2022, para ilmuwan NOAA menemukan bahwa konsentrasi bahan kimia berbahaya telah menurun lebih dari 50 persen di tingkat menengah stratosfer dibandingkan dengan tahun 1980-an.
Mereka mengatakan itu adalah "tonggak penting" di jalan menuju pemulihan, dimana lubang di lapisan ozon bisa tertutup kembali.
Namun, pemulihan lapisan ozon bukanlah "kesimpulan akhir".
Konsentrasi bahan kimia ini di Antartika, di mana lubang muncul setiap tahun, juga menurun tetapi pada tingkat yang lebih lambat.
Lubang ini lebih besar dari biasanya, lebih besar dari ukuran benua itu sendiri pada tahun 2021. NOAA memperkirakan bahwa lapisan ozon Antartika pada akhirnya dapat pulih "sekitar tahun 2070".
Lubang tersebut kini dilacak oleh Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS). Biasanya mulai terbentuk selama musim semi di belahan bumi selatan dari Agustus hingga Oktober. Mencapai ukuran maksimum antara pertengahan September dan Oktober kemudian tingkat ozon kembali normal pada akhir Desember.
Tahun ini, para ilmuwan CAMS telah memantau perkembangan lubang sejak akhir Agustus menggunakan pemodelan tiga dimensi.
“Lubang ozon Antartika 2022 mulai berkembang pada akhir Agustus dan sejauh ini mengikuti tren serupa dari dekade terakhir dalam hal luas, total kolom minimum, defisit massa, dan suhu minimum,” kata Vincent-Henri Peuch, Direktur Atmosfer Copernicus Layanan Pemantauan dilansir dari euronews..
“Menurut data kami dari awal September, ukuran lubang ozon berada dalam kisaran rata-rata. Namun, kami akan mengawasi dengan sangat cermat dalam beberapa minggu ke depan karena lubang ozon tahun 2020 dan 2021 baru mulai menjadi luar biasa di kemudian hari.”
Lapisan ozon bumi berfungsi melindungi semua kehidupan di Bumi dari radiasi matahari yang berbahaya.
Namun pada akhir abad ke-20, emisi bahan kimia tertentu yang merusak oleh manusia mulai mempengaruhi jumlah molekul ozon di atmosfer. Hal ini mengakibatkan lubang dramatis terbuka di atas Antartika setiap tahun yang disebabkan oleh proses meteorologi dan kimia yang kompleks.
Pada tahun 1987, hanya tujuh tahun setelah para ilmuwan menemukan bahan kimia buatan manusia yang merusak lapisan ozon, Protokol Montreal ditandatangani untuk mencoba dan mengekang jumlah bahan kimia berbahaya di atmosfer.