Bisnis.com, JAKARTA - Lubang ozon yang terjadi setiap tahun di Antartika telah mencapai ukuran terbesarnya menjadi satu yang terluas dan terdalam dalam 15 tahun terakhir, begitu cuitan International Science Council (@ISL).
Tahun ini Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memonitor lapisan ozon di bumi bekerjasama dengan Copernicus Atmospheric Monitoring Service, NASA, Badan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada dan partner lainnya.
Melalui pengamatan ini tampak bahwa lubang ozon berkembang dengan cepat pada pertengahan Agustus dan mencapai puncaknya pada awal Oktober sebesar 24 juta kilometer persegi dikutip pada laporan WMO dalam websitenya.
"Banyak variabilitas yang menentukan seberapa jauh peristiwa lubang ozon berkembang setiap tahunnya. Kejadian tahun ini mirip dengan yang terjadi pada 2018. Keadaan tahun ini jelas merupakan bagian terbesar selama 15 kebelakang," ungkap Vincent-Henri Peuch, Direktur Copernicus Atmospheric Monitoring Service.
Peuch juga memaparkan dengan sinar matahari yang kembali ke Kutub Selatan dibeberapa minggu terakhir, penipisan lapisan ozon masih terus berlangsung di area tersebut.
"Kita butuh untuk terus mendorong dengan kuat pelaksanaan Protokol Montreal yang melarang emisi bahan kimia yang menguras lapisan ozon,"
Lapisan ozon berfungsi untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari.
Dikutip dari Indonesiabaik.id, contoh Bahan Perusak Ozon (BPO) yaitu Klorofluorokarbon (CFC) atau freon yang biasa digunakan sebagai bahan pengembang dalam pembuatan busa dan panel insulasi, bahan pendingin dalam berbagai berbagai peralatan refrigerasi, serta bahan pendorong (propelan) dalam tabung spray, bahan pelarut dan pembersih.