Bisnis.com, JAKARTA - Platform streaming musik asal Amerika Serikat, Spotify mengumumkan telah membentuk Dewan Penasihat Keamanan untuk menangani konten-konten berbahaya.
Berdasarkan keterangan resminya Spotify, Dewan Penasihat Keamanan akan fokus memberikan masukan dalam mengatasi konten negatif, seperti ujaran kebencian, disinformasi, ekstremisme hingga penyalahgunaan online.
Berdasarkan laman resmi Spotify, selama beberapa bulan terakhir Spotify berusaha menjadi transparan tentang upaya keamanan. Pada awal tahun pun Spotify telah mempublikasikan Aturan Platform dan memastikan pembuat konten di platform streaming tersebut mematuhinya.
"Ini adalah langkah pertama ke depan dan kami hari ini memperkenalkan Dewan Penasihat Keamanan Spotify," ujar Spotify dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (14/6/2022).
Spotify juga menjelaskan anggota pendiri Dewan Penasihat Keamanan Spotify adalah individu dan organisasi di seluruh dunia dengan keahlian mendalam di bidang-bidang yang merupakan kunci untuk menavigasi ruang keamanan online.
Pada tingkat tinggi, misi Dewan adalah membantu Spotify mengembangkan kebijakan dan produknya dengan cara yang aman sambil memastikan tetap menghormati ekspresi pembuat konten.
"Anggota dewan kami akan memberi saran kepada tim kami di bidang utama seperti kebijakan dan pengembangan fitur keselamatan serta memandu pendekatan kami terhadap kesetaraan, dampak, dan penelitian akademis," jelas Spotify
Anggota dewan tidak akan membuat keputusan penegakkan hukum tentang konten atau pembuat konten tertentu. Namun, dewan juga berhak memberikan saran dalam menginformasikan bagaimana Spotify membentuk kebijakan tingkat tinggi dan proses internal yang diikuti tim Spotify untuk memastikan bahwa kebijakan diterapkan secara konsisten dan dalam skala besar di seluruh dunia. Artinya, Spotify dapat menerima atau menolak saran dari mereka mengenai cara menangani konten berbahaya.
Dilansir dari CNBC, salah satu alasan Spotify membuat Dewan Penasihat Keamanan ini karena pada awal tahun Spotify mendapatkan serangan siber "The Joe Rogan Experience". Kasus ini terjadi setelah podcaster dianggap menyebarkan informasi yang salah tentang Covid-19.