Tiga Fenomena Antariksa Langka Periode 14 Juni-14 Juli, Apa Saja?

Jaffry Prabu Prakoso
Sabtu, 11 Juni 2022 | 17:58 WIB
Dalam sebulan ke depan atau mulai 14 Juni hingga 14 Juli akan terjadi tiga fenomena antariksa yang cukup langka, yaitu: Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon)./Dok. BRIN
Dalam sebulan ke depan atau mulai 14 Juni hingga 14 Juli akan terjadi tiga fenomena antariksa yang cukup langka, yaitu: Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon)./Dok. BRIN
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Dalam sebulan ke depan atau mulai 14 Juni hingga 14 Juli akan terjadi tiga fenomena antariksa yang cukup langka.

Tiga fenomena langka itu adalah: Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon).

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, bahwa Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon) merupakan purnama yang terjadi pada bulan Juni.

Purnama Rusa Super (Full Buck Superrmoon) adalah purnama yang terjadi pada bulan Juli. Definisi ini juga dipakai untuk fase bulan baru.

“Penamaan ini berasal dari The Farmer’s Almanac (Almanak Petani Amerika). Pada bulan Juni dilakukan panen stroberi, sedangkan pada bulan juli rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya. Jadi penamaan ini sebenarnya berasal dari penanda musim dan perilaku hewan yang timbul pada musim-musim tertentu bagi penduduk asli Amerika,” katanya melalui keterangan pers, Sabtu (11/6/2022).

Andi menjelaskan, bahwa penyebab sebenarnya purnama kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan Bulan Purnama Super (Full Supermoon) atau yang secara teknis disebut Purnama Perige (Perigeal Full Moon).

Sedangkan, untuk Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon) atau Bulan Baru Apoge (Apogeal New Moon).

“Bulan Baru Mikro kali ini diapit oleh dua Bulan Purnama Super yang terjadi pada dua bulan berturut-turut. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada tahun 2004 dan 2013. Sehingga bisa dikatakan fenomena ini terjadi setiap sembilan tahun sekali. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 2031 dan 2040,” jelasnya.

Lebih rinci, Andi membeberkan bahwa Purnama Stroberi Super akan terjadi pada 14 Juni pada pukul 18.51 WIB/19.51 WITA/20.51 WIT pada jarak 357.368 KM.

Bulan Baru Stroberi Mikro akan terjadi pada 29 Juni pukul 09.52 WIB/10.52 WITA/11.52 WIT, pada jarak 406.569 KM.

Lalu, untuk Purnama Rusa Super akan terjadi pada 14 Juli  pukul 01.57 WIB/02.57 WITA/03.57 WIT pada jarak 357.418 KM.

Andi menambahkan, bahwa untuk Bulan Baru Stroberi Mikro tidak dapat disaksikan sebelum matahari terbit dikarenakan terbitnya yang lebih lambat dibandingkan matahari dan permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari sehingga tampak gelap.

“Untuk menyaksikan fenomena ini, masyarakat cukup arahkan pandangan sesuai arah terbit hingga terbenamnya bulan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Fenomena ini bisa diamati tanpa perlu bantuan alat optik apapun, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk foto ataupun video,” terangnya.

Seperti pada fase bulan baru pada umumnya, tutur Andi, Purnama Stroberi Super, Bulan Baru Stroberi Mikro, maupun Purnama Rusa Super dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

“Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat timbulnya pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekatnya dengan bumi,” ungkapnya.

Pasang laut tertinggi akan terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli sehingga disarankan bagi nelayan untuk tidak melaut di dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 12 hingga 16 Juni, dan 12 hingga 16 Juli.

“Perhitungan ini hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin.” lanjut Andi.

Dia juga mengingatkan, bahwa pasang laut pada 29 Juni secara astronomis juga perlu dipertimbangkan.

“Gaya pasang laut saat Bulan Baru Mikro adalah sebesar 52 persen dari gaya pasang laut saat Bulan Perbani Super. Perlu diwaspadai juga pasang laut ini antara dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yaitu antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022,” tutupnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper