Brambang Pivoting ke Marketplace Gawai, Ada Masalah Apa?

Khadijah Shahnaz
Senin, 30 Mei 2022 | 21:04 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Startup layanan kebutuhan pokok Brambang mengumumkan menutup layanan layanan jual-beli kebutuhan pokok sehari-hari dan mengganti layanan ke e-commerce elektronik. Hal ini mengindikasikan Brambang mengalami masalah.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pivoting atau menganti bisnis yang terlalu jauh dari core business justru mengindikasikan startup alami kendala dalam pengembangan bisnis utama.

Bhima menjelaskan ada tiga alasan mengapa awalnya berbisnis di bidang e-grocery atau kebutuhan pokok kemudian banting stir ke bisnis ke marketplace smartphone.

Pertama, pangsa pasar e-grocery sangat sulit berharap loyalitas pelanggan dan marjin keuntungan. Meski keunggulan di awal kehadiran grocery dapat memangkas rantai pasok, pada faktanya sistem pangan di dalam negeri masih dikuasai tengkulak ( pedagang perantara ), dan rantai distribusi panjang.

"Startup head to head dengan tengkulak tentu berat sekali terlebih merubah kebiasaan dari para petani yang menerima pembayaran ijon," ujar Bhima kepada Bisnis, Senin (30/5/2022).

Kedua, investor terutama modal ventura mengurangi pendanaan pada startup di bidang penyedia kebutuhan pokok, akibat fluktuasi harga yang terlalu tinggi dalam setahun terakhir, naiknya biaya pupuk, perubahan cuaca hingga ketatnya regulasi dibidang pangan.

Ketiga, pasca kasus pandemi turun pola perilaku konsumsi bahan kebutuhan pokok kembali ke pasar pasar tradisional dan warung.

"Sebelumnya memang ada keterpaksaan selama pandemi untuk beli bahan kebutuhan lewat aplikasi khususnya kelas menengah urban, tapi saat ini kondisi jauh berbeda. Masyarakat kembali belanja secara tradisional dan ke ritel," tutup Bhima.

Adapun dari pantauan Bisnis, TaniHub juga mengalami hal yang serupa. Namun TaniHub menutup layanan antara B2C (business to consumers). TaniHub mengatakan saat ini akan berfokus meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B (Business to Business).

Bisnis pun melihat saat ini saat ini startup e-grocery diisi oleh para grup-grup besar di Indonesia, seperti Transmart milik Chairul Tanjung bekerja sama dengan startup e-commerce Bukalapak membentuk joint venture yaitu e-commerce grocery AlloFresh.

Adapun, yang sudah ada seperti Sayurbox, disokong oleh PT Astra Internasional sebanyak US$5 juta atau senilai Rp72 miliar.

Selain Astra, Group Ciputra juga ikut mendukung Sayurbox sebanyak US$500 ribu atau senilai Rp7,12 miliar, di mana investasi ini melalui emiten teknologi, Metrodata Electronics.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Khadijah Shahnaz
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper