Bisnis.com, JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (Telkom) terus menjaga kualitas layanan akses internet di wilayah Papua yang terdampak gangguan SKKL Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) rute Merauke-Timika.
Direktur Network & IT Solution Telkom Herlan Wijanarko mengatakan perseroan telah melakukan reroute ke link backup sebesar 3,25 GB yang terdiri dari Palapa Ring 1,25 GB dan satelit sebesar 2 GB.
"Dengan begitu, layanan TelkomGroup khususnya untuk trafik prioritas sudah beroperasi secara bertahap mulai 27 Maret 2022. Adapun layanan yang sudah beroperasi secara terbatas antara lain layanan voice Telkom dan Telkomsel, IPTV, VPNIP, Astinet dan Data Internet," katanya, Rabu (11/5/2022).
Bukan itu saja, Herlan menyebut Telkom dan Telkomsel juga melakukan pengawasan penuh untuk mengatur semaksimal mungkin kualitas layanan selama masa transisi perbaikan SKKL.
Untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan internet, sambung dia, Telkom juga telah menyiapkan beberapa lokasi Wifi Corner sebagai alternatif bagi masyarakat dan pelanggan IndiHome yang terdampak dalam mengakses internet.
"Kami terus mempercepat proses perbaikan SKKL SMPCS rute Merauke - Timika. Saat ini kapal [cableship DPL] sedang melakukan penyiapan bahan bakar, perlengkapan sekaligus tim expert, usai sebelumnya melakukan proses perbaikan di titik infrastruktur kabel laut Indonesia Global Gateway [IGG]," terangnya.
Nantinya setelah persiapan selesai, lanjut Herlan, kapal akan langsung bergerak ke Merauke untuk melakukan perbaikan SKKL SMPCS rute Merauke - Timika pada jarak 289 km dari tepi pantai Merauke dan kedalaman 59 m tersebut.
"Kami targetkan perbaikan kabel laut dapat diselesaikan pada akhir Mei 2022. Tentunya Telkom sangat fokus dan memprioritaskan perbaikan agar infrastruktur telekomunikasi tersebut kembali beroperasi normal dan pelanggan dapat menikmati layanan seperti sedia kala," tutup dia.
Sebagai informasi, akibat terputusnya SKKL Merauke-Timika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memperkirakan masyarakat di kawasan itu kehilangan akses 42 GB terhadap jaringan internet dan tentunya berakhir mengalami kesulitan akses telekomunikasi.
Namun begitu, saat ini tengah dilakukan penyesuaian dan juga penyediaan jaringan cadangan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan prioritas masyarakat setempat.