Menkominfo: Perbaikan SKKL Merauke-Timika Bisa Rampung 26 Mei 2022

Rahmi Yati
Rabu, 11 Mei 2022 | 11:00 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate memberikan penjelasan di Jakarta, Kamis (7/11/2019). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate memberikan penjelasan di Jakarta, Kamis (7/11/2019). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama PT Telkom Indonesia menargetkan perbaikan gangguan SKKL Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) milik Telkom rute Merauke-Timika selesai pada 26 Mei 2022.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan pemulihan jaringan SKKL Merauke-Timika ini butuh waktu karena berkaitan dengan ketersediaan Kapal DNEX Pacific Link (DPL). Namun saat ini, jumlah kapal di Indonesia yang mempunyai kemampuan untuk melakukan penggelaran jaringan fiber optik di laut juga sangat terbatas.

"Diperkirakan pada 26 Mei 2022 perbaikan gangguan SKKL Merauke-Timika selesai sehingga layanan transmisi data dapat berlangsung dengan baik," ujarnya dalam konferensi pers daring dikutip Rabu (11/5/2022).

Dia menyebut saat ini Kapal DPL tengah kembali ke Batam setelah memperbaiki gangguan pada SKKL Jakarta-Surabaya. Selanjutnya setelah melakukan pengisian bahan bakar kembali dan pengecekan ulang, kapal akan memperbaiki jaringan SKKL Merauke-Timika.

Menurut Menkominfo, jaringan tulang punggung telekomunikasi di Indonesia dibangun melaui jaringan kabel serat optik, salah satunya melalui SKKL. Namun demikian, kondisi geografis dan topografi Tanah Air jadi tantangan tersendiri dalam pembangunan serta pemeliharaan jaringan kabel serat optik nasional tersebut.

“Untuk membangunnya saja bukan hal yang mudah, pemeliharaannya juga bukan hal yang mudah dan gampang. karenanya perlu kesigapan apabila terjadi gangguan di jaringan tulang punggung nasional kita,” ujarnya.

Menteri Johnny mengidentifikasi ada tiga penyebab gangguan SKKL selama ini. Penyebab pertama berkaitan dengan aktivitas manusia di perairan, kedua aktivitas vulkanis bawah laut yang memicu kabel serat optik lumer dan putus, dan ketiga aktivitas geologi atau longsor tebing bawah laut.

Hal serupa juga diungkapkan Direktur Network dan IT Solution PT Telkom Herlan Wijanarko. Dia menyebut kondisi geografis jadi tantangan tersendiri dalam membangun dan memelihara konektivitas di Indonesia dengan total ada 178.000 km jaringan fiber optik dan jaringan domestik sepanjang 124.000 km.

"Ada banyak potensi gangguan karena kondisi geografis, jalur gunung berapi bawah laut dan ada juga longsor bawah laut serta kegiatan nelayan di laut dangkal yang bisa membuat gangguan kabel akibat kapal dan jangkar," tambahnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper